ANALISIS PEREKONOMIAN DAERAH BOJONEGORO

KARYA TULIS ILMIAH
ANALISIS PEREKONOMIAN DAERAH BOJONEGORO
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Take Home Ujian Tengah Semester
Mata Kuliah Perekonomian Indonesia
Semester Genap Tahun Ajaran 2018
Dosen Pengampu :
Fauziah, MM



KELAS F
Disusun oleh:
Meilinda Nur Rasyida F.
(16510233)


JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG 2018

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.................................................................................................................... i
DAFTAR TABEL DAN DAFTAR GAMBAR............................................................. ii
KATA PENGANTAR................................................................................................... .iii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................... 1
1.1  Latar Belakang........................................................................................................... 1

      1.2  Rumusan Masalah...................................................................................................... 1
      1.3  Tujuan Penulisan........................................................................................................ 2
      1.4  Manfaat Penulisan...................................................................................................... 2
BAB II HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.............................................. .3
      2.1  Gambaran Umum Bojonegoro................................................................................... 3
      2.2  Pertumbuhan dan Perubahan Struktur Daerah Bojonegoro.................................. .....7
      2.3  Analisis PDRB dan Pendapatan Perkapita
           (termasuk ketimpangan antar kecamatan).................................. ................................8
      2.4  Analisis Distribusi Pendapatan dan Kemiskinan................................................. ....12
      2.5  Analisis Penerimaan dan pengeluaran pemerintah daerah (APBD) ................... ....13
      2.6  Pembangunan Ekonomi Daerah Bojonegoro....................................................... ....15
     2.7  Perkembangan Sektor Pertanian serta Ekonomi Kelautan dan Pengembangan 
           Wisata Bojonegoro ................................... ...................................... ........................17
      2.8  Permasalahan Utama Kondisi Ekonomi Daerah Bojonegoro dan
Solusinya....................................................................................................................... 22
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan....................................................................................................... 23
3.2 Saran................................................................................................................. 24
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................. 25





DAFTAR TABEL DAN DAFTAR GAMBAR
Daftar Tabel
TABEL 2.1 Luas Wilayah Kecamatan (km²) dan Jumlah Desa/Keluraha 
di Kabupaten Bojonegoro ............................................................................................. 5
TABEL  2.3a  PRDB menurut Lapangan Usaha .......................................................... 8
TABEL 2.3b Presentase Rumah Tangga di Kabupaten Bojonegoro Menurut 
Kelompok Pengeluaran per Kapita............................................................................... 10


Daftar GAMBAR
GAMBAR 2.1 Peta Administrasi Bojonegoro.............................................................. 4
GAMBAR 2.1b Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Sex Ratio di Kabupaten 
Bojonegoro..................................................................................................................... 6
GAMBAR 2.2 Pertumbuhan Ekonomi Nasional, Jawa Timur dan Kabupaten 
Bojonegoro .......... ......................................................................................................... 7
GAMBAR 2.4 Grafik Prosentase Penduduk Miskin Bojoneg.oro ............................... 12
GAMBAR 2.5a Grafik Dana Bagi Hasil Migas Bojonegoro ....................................... 13
GAMBAR 2.5b Grafik APBD Bojonegoro................................................................... 14
GAMBAR 2.7a Aliran Sungai Bengawan Solo............................................................ 18
GAMBAR 2.7b Dander Water Park.............................................................................. 19
GAMBAR 2.7c Kayangan Api..................................................................................... 19
GAMBAR 2.7d Waduk Pacal....................................................................................... 19
GAMBAR 2.7e Pesanggaran Tirtawana Dander ......................................................... 19
GAMBAR 2.7f Wisata alam Tebbing Grogoland........................................................ 20
GAMBAR 2.7g Wisata Kedungmaor........................................................................... 20
GAMBAR 2.7h Watu Gandul....................................................................................... 20
GAMBAR 2.7i Negeri Atas Angin ............................................................................... 20
GAMBAR 2.7j Agro Belimbing ................................................................................... 21
GAMBAR 2.7k Wisata edukasi Gerabah ...................................................................... 21
GAMBAR 2.7l Go Fun Bojonegoro Theme Park........................................................... 21
KATA PENGANTAR

            Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyaang, kami panjatkan puji syukur kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah Perekonomian Indonesia yang berjudul “Analisis Perekonomian Daerah Bojonegoro”.
            Karya tulis ilmiah ini telah kami susun semaksimal mungkin dan telah mendapatkan banyak bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar penyusunan karya tulis ilmiah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih terhadap pihak-pihak yang telah membantu menyusunan karya tulis ilmiah ini.
            Terlepas dari itu semua, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan-kekurangan dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka kami menerima kritik dan saran dari pembaca agar kami dapat memperbaiki penyusunan kedepannya.
            Akhir kata semoga karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang bersangkutan. Amin yaa rabbal ‘alamin.


Malang, 25 Maret 2018

                                                                                              Penyusun

 BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
            Pertumbuhan ekonomi merupakan sebuah tolak ukur kemajuan suatu daerah. Bojonegoro merupakan salahsatu kota kecil yang berada di bagian barat Jawa Timur yang memiliki banyak hal yang patut diketahui lebih dalam seperti sejarah, budaya, kekayaan alam dan potensi ekonomi yang baik. Bojonegoro dikenal dengan cemilan ledrenya bahkan memiliki potensi minyak bumi yang sangat besar yang dapat mengembangkan Bojonegoro. Bojonegoro memiliki lokasi starategis yang diampit oleh Kabupaten Lamongan, Tuban dan daerah lainnya. Selain daerah tersebut, Bojonegoro memiliki lokasi yang strategis dengan adanya Sungai Bengawan Solo yang memungkinkan lahan kesuburan bagi para petani di Bojonegoro.
Selain memiliki kekayaan alam dan potensi yang banyak, pada tahun 2016 Kabupaten Bojonegoro terpilih menjadi wakil Indonesia sebagai daerah percontohan pada Open Government Partnership (OGP) Subnational Government Pilot Program atau Percontohan Pemerintah Daerah Terbuka. Kabupaten Bojonegoro merupakan daerah percontohan mewakili Asia bersama kota Seoul, Korea Selatan, dan Tbilisi di Georgia.
Hal tersebut mendorong atas pertumbuhan ekonomi Bojenegoro sampai saat ini.  Faktor- faktor tersebut menjadikan Bojonegoro memiliki semboyan sebagai “Bojonegoro Matoh”.(Kompas.com)
Dari tahun ke tahun Bojonegoro menjadi kabupaten yang terus meningkat pertumbuhan ekonominya. Hal tersebut dikarenakan beberapa faktor yang akan dijelaskan pada Karya Tulis Ilmiah ini.
        Oleh karena itu, Penulis tertarik untuk menganilisis kondisi perekonomian suatu daerah dengan berbagai sumber yang terpercaya. Disini penulis memilih Kota Bojonegoro karena kemampuannya untuk memanfaatkan segala sumber daya yang ada di dalamnya.

1.2   Rumusan Masalah
1.2.1.      Bagaimana gambaran umum tentang Kabupaten Bojonegoro?
1.2.2.      Bagaimana pertumbuhan dan perubahan struktur daerah Bojonegoro?
1.2.3.      Bagaimana PDRB dan pendapatan perkapita (termasuk ketimpangan antar kecamatan) Bojonegoro?
1.2.4.      Bagaimana distribusi pendapatan dan kemiskinan Bojonegoro?
1.2.5.      Bagaimana penerimaan dan pengeluaran pemerintah daerah (APBD) Bojonegoro?
1.2.6.      Bagaimana pembangunan ekonomi daerah Bojonegoro?
1.2.7.      Bagaimana perkembangan sektor pertanian serta ekonomi kelautan dan pengembangan wisata  Bojonegoro?
1.2.8.      Apa saja permasalahan utama kondisi ekonomi daerah Bojonegoro dan solusinya?

1.3.      Tujuan Penulisan
Karya Tulis Ilmiah ini dibuat dengan tujuan memberikan wawasan kepada pembaca mengenai pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bojonegoro pada tahun 2012- 2016, terlebihnya untuk membantu menganalisis sejauh mana pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bojonegoro selama ini.

1.4.      Manfaat Penulisan
1.4.1.      Mengetahui bagaimana gambaran umum tentang Kabupaten Bojonegoro.
1.4.2.      Mengetahui bagaimana pertumbuhan dan perubahan struktur daerah Bojonegoro.
1.4.3.      Mengetahui bagaimana PDRB dan pendapatan perkapita (termasuk ketimpangan antar kecamatan) Bojonegoro.
1.4.4.      Mengetahui bagaimana distribusi pendapatan dan kemiskinan Bojonegoro.
1.4.5.      Mengetahui bagaimana penerimaan dan pengeluaran pemerintah daerah (APBD) Bojonegoro.
1.4.6.      Mengetahui bagaimana pembangunan ekonomi daerah Bojonegoro.
1.4.7.      Mengetahui bagaimana perkembangan sektor pertanian serta ekonomi kelautan dan pengembangan wisata  Bojonegoro.
1.4.8.      Mengetahui permasalahan utama kondisi ekonomi daerah Bojonegoro dan solusinya.



BAB II
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
2.1. Gambaran Umum Bojonegoro
2.1.1. Visi Bojonegoro
Terwujudnya pondasi bojonegoro sebagai  lumbung pangan dan energi negeri yang produktif, berdaya saing, adil, bahagia, sejahtera dan berkelanjutan”
2.1.2. Misi Bojonegoro
1.      Meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas, seimbang dan berkelanjutan melalui peningkatan industri pangan dan energi;
2.      Mewujudkan masyarakat yang produktif, mandiri dan sejahtera;
3.      Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik dan bersih melalui peningkatan pelayanan yang profesional
2.1.3. Sejarah Singkat Bojonegoro
Masa kehidupan sejarah Indonesia Kuno ditandai oleh pengaruh kuat kebudayaan Hindu yang datang dari India sejak Abad I. Hingga abad ke-16, Bojonegoro termasuk wilayah kekuasaan Majapahit. Seiring dengan berdirinya Kesultanan Demak pada abad ke-16, Bojonegoro menjadi wilayah Kerajaan Demak. Dengan berkembangnya budaya baru yaitu Islam, pengaruh budaya Hindu terdesak dan terjadilah pergeseran nilai dan tata masyarakat dari nilai lama Hindu ke nilai baru Islam dengan disertai perang dalam upaya merebut kekuasaan Majapahit (wilwatikta). Peralihan kekuasaan yang disertai pergolakan membawa Bojonegoro masuk dalam wilayah Kerajaan Pajang (1586), dan kemudian Mataram (1587).
Pada tanggal 20 Oktober 1677, status Jipang yang sebelumnya adalah kadipaten diubah menjadi kabupaten dengan Wedana Bupati Mancanegara Wetan, Mas Tumapel yang juga merangkap sebagai Bupati I yang berkedudukan di Jipang. Tanggal ini hingga sekarang diperingati sebagai hari jadi Kabupaten Bojonegoro. Tahun 1725, ketika Pakubuwono II (Kasunanan Surakarta) naik tahta, pusat pemerintahan Kabupaten Jipang dipindahkan dari Jipang ke Rajekwesi, sekitar 10 km sebelah selatan kota Bojonegoro sekarang. Dilihat dari sejarah di atas menjadikan Bojonegoro dikenal dengan Bumi Angkling Dharma. (Wikipedia)
2.1.4. Letak Geografis Bojonegoro
            Kabupaten Bojonegoro secara administratif memiliki luas wilayah yaitu mencapai 230.706 Ha. Secara geografis, Kabupaten Bojonegoro berada pada koordinat 6o 59’ sampai 7o 37’ Lintang Selatan dan 112o25’ sampai 112o 09’ Bujur Timur, dengan jarak + 110 km dari ibu kota provinsi. Secara administrasi, Bojonegoro berbatasan dengan beberapa wilayah, diantaranya:
Sebelah Utara              : Kabupaten Tuban
Sebelah Timur             : Kabupaten Lamongan
Sebelah Selatan           : Kabupaten Madiun, Nganjuk dan Jombang
Sebelah Barat              : Kabupaten Ngawi dan Blora (Jawa Tengah)
Gambar 2.1
Peta Administrasi Bojonegoro
           Sumber: Peta Tematik Indonesia,  Administrasi Kabupaten Bojonegoro
Secara administratif Kabupaten Bojonegoro terbagi menjadi 28 kecamatan dengan total 419 desa serta 11 kelurahan. Kecamatan Tambakrejo merupakan kecamatan terluas sebesar 209,52 km² (9,08%) dengan jumlah desa sebesar 18 desa dan 66 dusun/lingkungan, sebaliknya Kecamatan Bojonegoro merupakan kecamatan dengan luas wilayah terkecil yakni sebesar 25,71 km² (1,11%) dengan jumlah desa/kelurahan sebesar 7 desa, 11 kelurahan dan 12 dusun/lingkungan.

Tabel 2.1
Luas Wilayah Kecamatan (km²) dan Jumlah Desa/Kelurahan di Kabupaten Bojonegoro, 2016
No.
Kecamatan
Luas (km2)
Jumlah desa/Kel.

1
MARGOMULYO
139,68
6

2
NGRAHO
71,48
16

3
TAMBAKREJO
209,52
18

4
NGAMBON
48,65
5

5
SEKAR
130,24
6

6
BUBULAN
84,73
5


7
GONDANG
107,01
7

8
TEMAYANG
124,67
12

9
SUGIHWARAS
87,15
17

10
KEDUNGADEM
145,15
23

11
KEPOHBARU
79,64
25


12
BAURENO
66,37
25

13
KANOR
59,78
25

14
SUMBEREJO
76,58
26
15
BALEN
60,52
23
16
SUKOSEWU
47,48
14
17
KAPAS
46,38
21
18
BOJONEGORO
25,71
18
19
TRUCUK
36,71
12
20
DANDER
118,36
16
21
NGASEM
147,21
17
22
GAYAM
50,05
12
23
KALITIDU
65,95
18
24
MALO
65,41
20
25
PURWOSARI
62,32
12
26
PADANGAN
42,00
16
27
KASIMAN
51,80
10
28
KEDEWAN
56,51
5
Kabupaten Bojonegoro
2307,06
Sumber: Biro Pusat Statistika Kabupaten Bojonegoro
2.1.5. Topografi Bojonegoro
Keadaan topografi Kabupaten Bojonegoro didominasi oleh keadaan tanah yang berbukit yang berada di sebelah selatan (Pegunungan Kapur Selatan) dan sebelah utara (Pegunungan Kapur Utara) yang mengapit dataran rendah yang berada di sepanjang aliran Bengawan Solo yang merupakan daerah pertanian yang subur.  Lebih jelasnya kondisi topografi di Kabupaten Bojonegoro didominasi oleh lahan dengan kemiringan yang relatif datar. 91,26% wilayah Kabupaten Bojonegoro memiliki kemiringan antara 0-15%.
Permukaan tanah di Kabupaten Bojonegoro rata-rata berada pada ketinggian dari permukaan laut yang relatif rendah, yaitu berada pada ketinggian antara 25 - 500 m dari permukaan laut.
(Wikipedia)
2.1.6. Demografi Kabupaten Bojonegoro
Populasi Penduduk di Kabupaten Bojonegoro tahun 2016 mencapai 1.453.880 jiwa (453.726) KK dibandingkan Tahun 2015 mengalami peningkatan sebesar 0,05%.
Gambar 2.1b
Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Sex Ratio di Kabupaten Bojonegoro, 2012-2016


Sumber: Badan Pusat Statistika Kabupaten Bojonegoro
Dengan luas wilayah daratan Kabupaten Bojonegoro sebesar 2.307,06 kilometer persegi, maka tingkat kepadatan penduduk Kabupaten Bojonegoro tahun 2016 adalah 537 jiwa per kilometer persegi. Jika dibandingkan dengan kepadatan penduduk tahun 2015, maka ada peningkatan sebesar 1 jiwa per kilometer persegi. Dalam rentang waktu 2012-2016, ada tren peningkatan persentase penduduk laki-laki, yaitu dari 49,39 persen di tahun 2012 menjadi 49,44 persen di tahun 2016. Walaupun ada kecenderungan penurunan, namun persentase penduduk perempuan di Kabupaten Bojonegoro tahun 2016 masih lebih banyak dibandingkan penduduk laki-laki, yaitu 50,56 persen. Sehingga bila dilihat berdasarkan rasio jenis kelamin (sex ratio), yaitu perbandingan antara jumlah penduduk laki-laki terhadap perempuan, di Kabupaten Bojonegoro tahun 2016 diperoleh nilai 97,76 persen. Ini berarti rata-rata untuk setiap 100 penduduk perempuan akan terdapat sekitar 97-98 penduduk laki-laki. Terdapat beberapa sebab sex ratio kurang dari 100 persen, diantaranya angka harapan hidup laki-laki serta karena faktor migrasi penduduk laki-laki lebih tinggi terutama pada penduduk usia produktif.

2.2. Pertumbuhan dan Perubahan Struktur Daerah Bojonegoro
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Bojonegoro tahun 2016, pertumbuhan ekonomi Bojonegoro tertinggi diantara kabupaten di Jawa Timur. Hal tersebut didukung oleh sektor migas dan non migas. Dari data Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Bojonegoro, pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Bojonegoro tahun 2015 mengalami peningkatan sebesar 40%  atau mencapai sebesar 19,87 % dari tahun 2014. Dimana pencapaian pertumbuhan ekonomi tersebut melebihi Nasional dan Jatim dikarenakan kontribusi sektor migas yang merupakan potensi penyumbang terbesar dalam PDRB Kabupaten Bojonegoro kemudian mengalami peningkatan lifting yang cukup signifikan sebesar 40% dibandingkan Tahun 2014. Selain dari sektor migas, pertumbuhan ekonomi riil Bojonegoro dapat diukur juga dari pertumbuhan ekonomi non migas yang pada tahun 2015  mencapai 5,99 %, dimana sektor pertanian menjadi penopang utama pada  pertumbuhan ekonomi non migas. (Bhiwaraonline: 2016)
Gambar 2.2
Pertumbuhan Ekonomi Nasional, Jawa Timur dan Kabupaten Bojonegoro Tahun 2011-2015 (%)


Sumber: BPS RI, Provinsi Jawa Timur dan Kabupaten Bojonegoro, data di olah
Sementara itu pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bojonegoro selama kurun waktu 2012 sampai dengan tahun 2014 selalu dibawah pertumbuhan ekonomi Indonesia maupun Provinsi Jawa Timur namun pada tahun 2011 dan tahun 2015 justru pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bojonegoro di atas pertumbuhan Indonesia dan Provinsi Jawa Timur dengan pertumbuhan sebesar 10,39% persen pada tahun 2011 dan sebesar 17,42% pada tahun 2015. Hal tersebut didukung adanya peningkatan produksi lifting migas mencapai 40%. Selain itu juga tingkat inflasi 2.91yang relative rendah akibat adanya penurunan harga BBM. Kemudian NTP sebesar 106.15% meningkat dibandingkan tahun 2014 sebesar 103.03%. ditambah pula, angka IPM sebesar 65.95%, mengalami peningkatan dari tahun 2014 sebesar 65.27%. tingkat pengangguran terbuka juga cukup rendah 3.10%. tingkat kemiskinan terus menurun 13.98%, disebabkan masyarakat Bojonegoro telah mampu berkarya dan semakin produktif.

2.3 Analisis PDRB dan Pendapatan Perkapita (termasuk ketimpangan antar kecamatan)
Tabel 2.3a
Produk Regional Domestik Bruto menurut Lapangan Usaha 2012- 2016
PDRB Menurut Lapangan Usaha
Distribusi Persentase PDRB Bojonegoro ADHB (Persen)
2012
2013
2014
2015
2016
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan
14.05
14.29
15.06
17.28
14.56
Pertambangan dan Penggalian
52.31
51.21
48.53
41.19
50.17
Industri Pengolahan
5.40
5.47
5.84
6.60
6.02
Pengadaan Listrik dan Gas
0.02
0.02
0.02
0.03
0.03
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang
0.03
0.03
0.03
0.04
0.04
Konstruksi
6.29
6.57
7.18
7.99
6.44
Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
7.35
7.57
7.92
9.07
7.48
Transportasi dan Pergudangan
0.71
0.76
0.86
1.04
0.77
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum
0.70
0.71
0.79
0.93
0.72
Informasi dan Komunikasi
4.69
4.80
5.04
5.82
4.86
Jasa Keuangan dan Asuransi
1.10
1.20
1.31
1.54
1.07
Real Estate
1.01
1.05
1.10
1.23
1.07
Jasa Perusahaan
0.12
0.12
0.13
0.15
0.12
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan
Jaminan Sosial Wajib
4.09
4.06
3.91
4.49
4.32
Jasa Pendidikan
0.99
1
1.05
1.20
1.05
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial
0.35
0.36
0.40
0.45
0.34
Jasa Lainnya
0.79
0.77
0.83
0.96
0.92
PDRB
100
100
100
100
100
PDRB (Tanpa Migas)
47.97
48.99
51.76
59.19
49.77
Sumber: BPS Kabupaten Bojonegoro
Dari data BPS Kabupaten Bojonegoro menunjukkan dari tahun 2012 hingga 2016 menjukkan prosentase pertumbuhan PDRB mengalami penurunan dan kenaikan. Namun di sektor tertentu yaitu pada sektor pertambangan dan penggalian mengalami kenaikan dari tahun ke tahun (walaupun sedikit pernah mengalami penurunan). Dari sisi kontribusi PDRB Kabupaten Bojonegoro pada tahun 2016 ini sektor pertambangan dan penggalian menempati kontributor terbesar dalam peranan pembentukan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Tahun 2016, yaitu mencapai 50,17% dan kemudian disusul oleh sektor pertanian yang memiliki kontribusi mencapai 14,56%. Masih banyak hal yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan dan target yang telah ditetapkan, sehingga diharapkan mampu memberikan dampak yang besar dalam meningkatkan kemajuan di berbagai sektor.
Bank Dunia mengakui pertumbuhan ekonomi di Bojonegoro Jawa Timur telah mengalami peningkatan pertumbuhannya. Salahsatu indikator selain dari pertambangan adalah pada sektor pertanian Bojonegoro telah menyumbang sebesar 28% dari total PDRB, sedangkan restaurant dan hotel menyumbang 20%. Secara umum Bojonegoro mengalami trend yang positif di wilayah Jawa Timur. (Media Center Bojonegoro: 2014).
 Bagaimana pengaruh adanya migas terhadap perekonomian Bojonegoro?
Kabupaten Bojonegoro merupakan kabupaten penghasil migas tertinggi di Jawa Timur. Akan tetapi wilayah ini masih dikatakan belum berkembang dilihat dari pencapaian indikator  pengembangan wilayah, yakni pendapatan perkapita, nilai IPM, dan tingkat kemiskinan yang berada dibawah Provinsi Jawa Timur.
Suatu penelitian mengenai migas Bojonegoro mengatakan bahwa sektor migas dapat memberikan pengaruh langsung terhadap pencapaian pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapita. Selain itu sektor migas juga mempengaruhi secara tidak langsung terhadap  penurunan tingkat kemiskinan. Untuk mengurangi tingkat  kemiskinan, sektor migas dapat berkembang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi ataupun melalui peningkatan jumlah tenaga kerja sehingga sektor ini mampu mengurangi tingkat kemiskinan di Kabupaten Bojonegoro. (Situs Resmi Pemkab Bojonegoro).
Pendapatan/ Pengeluaran per kapita Bojonegoro
Dalam kaca mata ekonomi, kesejahteraan penduduk dapat dilihat dari besaran pendapatannya. Semakin tinggi pendapatan perkapita penduduk, dianggap semakin sejahtera. Namun, untuk memperoleh informasi tentang pendapatan rumah tangga sangatlah sulit, Susenas (Survei Sosial Ekonomi Nasional) dalam mengukur kesejahteraan menggunakan pendekatannya pengeluaran. Secara umum jumlah pengeluaran berbanding lurus dengan pendapatan. Rumah tangga yang pengeluarannya banyak tentunya mempunya pendapatan yang besar pula, kondisi ini dapat mencerminkan tingkat kemampuan ekonomi masyarakat. Kemampuan daya beli masyarakat dapat memberikan gambaran tentang tingkat kesejahteraan masyarakat. Semakin tinggi daya beli masyarakat menunjukkan peningkatan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya dan menjadi salah satu indikasi peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Table 2.3b
Presentase Rumah Tangga di Kabupaten Bojonegoro Menurut Kelompok Pengeluaran per Kapita, 2012 - 2016
Tahun
≤199.999
200.000 - 499.999
500.000 - 999.999
≥1.000.000
2012
7,75
69,55
19,24
3,45
2013
3,85
63,47
26,66
6,03
2014
2,15
57,65
31,87.
8,33
2015
0,80
49,16
36,28

13,76
2016
0,32
47,15
38,67
13,86
Sumber: Data Susenas
Data Susenas memberikan informasi kesejahteraan masyarakat yang direpresentasikan melalui pengeluaran konsumsi rumah tangga. Pada data kelompok pengeluaran Susenas 2012-2016, menunjukkan adanya kenaikan persentase penduduk pada kelompok pengeluaran diatas 1.000.000 rupiah perkapita per bulan. Dapat dilihat juga bahwa dari tahun ke tahun pengeluaran perkapita penduduk semakin besar, hal ini dibuktikan oleh persentase penduduk yang bergeser menuju pada kelompok pengeluaran yang semakin besar. Pergeseran persentase pengeluaran rumah tangga dari kelas pengeluaran yang lebih rendah ke kelas pengeluaran yang lebih tinggi, mengandung dua kondisi, yaitu pertama terjadi karena adanya peningkatan kesejahteraan rumah tangga atau kedua karena adanya peningkatan harga berbagai kebutuhan rumah tangga. Meningkatnya kesejahteraan penduduk biasanya juga ditandai dengan semakin berkurangnya proporsi pengeluaran untuk keperluan makanan yang selanjutnya bergeser pada pengeluaran untuk keperluan bukan makanan. Pada tahun 2016 sebagian besar pengeluaran penduduk sudah bergeser ke arah untuk memenuhi kebutuhan non makanan, yaitu mencapai 44,66 persen dan mengalami penurunan dibanding tahun 2015 yang sebesar 49,07 persen dari total pengeluaran.
Angka rerata diperoleh rerata pengeluaran per kapita/bulan adalah sebesar Rp589.285,00, sedangkan rerata pendapatan per kapita/hari adalah Rp30.964,00. Hal ini memberikan makna bahwa secara rata-rata rumah tangga di Kabupaten Bojonegoro tidak tergolong miskin karena angka rata-rata pengeluaran dan pendapatan rumah tangga berada di atas garis kemiskinan. Di sisi lain hal ini mengindikasikan kemungkinan adanya ketimpangan pengeluaran dan pendapatan di masyarakat.
Ketimpangan Penduduk Bojonegoro
Tingkat kesenjangan atau gini rasio di Bojonegoro  terus naik. Pada Tahun 2011 sebesar 0,27%, tahun 2012 sebesar 0,31% dan tahun 2013 sebesar 0,42%. Artinya distribusi sumber daya dan basis sosial di Kabupaten Bojonegoro masih belum merata. Namun, dapat diketahui tahun 2015 ekonomi Bojonegoro dengan adanya migas tumbuh 19,43% dan indek rasio gini 0,24. Ini menunjukkan tingkat pertumbuhan yang berkualitas, tumbuh tanpa menimbulkan kesenjangan yang meninggi. World Bank mencatat kabupaten Bojonegoro termasuk 10 Kabupaten di Jawa Timur yang berhasil paling cepat menurunkan kemiskinan.
Sesuai data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur, angka kemiskikan Bojonegoro terus turun setiap tahun. Bojonegoro sekarang ini berada diurutan sebelas, di atas Gresik yang berada di urutan dua belas. Dengan penurunan tersebut menjadikan Bojonegoro melesat melebihi sepuluh kabupaten lain seperti Tuban, Lamongan, Sampang, Bangkalan, Probolinggo, Sumenep, Pamekasan, Pacitan, Ngawi, dan Bondowoso. Kesepuluh kabupaten tersebut masih terjerembab di zona merah kabupaten termiskin. Selain angka kemiskinan, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) yang merupakan ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin terhadap garis kemiskinan, maupun Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) menggambarkan tingkat kesenjangan pengeluaran diantara penduduk miskin, juga menurun pada sepuluh tahun terakhir. Indeks kedalaman pada 2006 mencapai 4,75% terus menurun menjadi 2,4% pada 2016. Begitu juga Indeks keparahan dari 1,20% menurun menjadi 0,54% di medio yang sama. Artinya, semakin menurunnya indeks P1 ini, semakin dekat rata-rata pengeluaran penduduk dari garis kemiskinan. Begitu juga dengan menurun P2 ini maka semakin menurun ketimpangan pengeluaran diantara penduduk miskin
Indeks gini ratio atau ketimpangan pendapatan bersifat fluktuatif dalam kurun waktu 5 tahun terakhir masih termasuk tingkat ketimpangan yang rendah. Artinya apa, kualitas pertumbuhan ekonomi kita sudah mengarah pada jalur yang tepat atau on the back untuk menuju pemerataan pendapatan. (Bupati Bojonegoro, Suyoto)
Sementara itu, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) meskipun stagnan dalam peringkat ke 26 se jawa timur, namun progresnya sudah mengalami kenaikan. Tahun 2012 (64,20%), 2013 (64,85%), 2014 (65,27%), 2015 (66,17%), dan tahun 2016 (66,73%).

2.4. Analisis Distribusi Pendapatan dan Kemiskinan
Keberhasilan pembangunan suatu daerah bisa dilihat laju pertumbuhan ekonominya. Dua periode pemerintahan Bupati Suyoto, Bojonegoro berhasil menurunkan angka kemiskinan, bahkan Bojonegoro keluar dari peringkat sepuluh kabupaten termiskin di Jawa Timur. Hal ini dibuktikan pada data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur, angka kemiskinan Bojonegoro terus turun setiap tahun. Pada tahun 2015 lalu jumlah penduduk Bojonegoro sebanyak 1.249.578 jiwa, jumlah warga miskin tahun 2015 sebanyak 193.990 jiwa (15,71%) dan pada tahun 2016 ini turun menjadi 180.990 jiwa (14,60%). Bojonegoro sekarang ini berada diurutan sebelas, di atas Gresik yang berada di urutan dua belas.
Dengan penurunan tersebut menjadikan Bojonegoro melesat melebihi sepuluh kabupaten lain seperti Tuban, Lamongan, Sampang, Bangkalan, Probolinggo, Sumenep Pamekasan, Pacitan, Ngawi, dan Bondowoso. Kesepuluh kabupaten tersebut masih te
rlihat di zona merah kabupaten termiskin.. Hal tersebut tertera pada trafik di bawah ini:
Gambar 2.4
Grafik Prosentase Penduduk Miskin Bojonegoro 2008- 2017
                                                                                               

                                           Sumber: Damar Kita Jujur dan Jernih
Dari  hasil sensus ekonomi (SE) 2016, hampir 50% dari jumlah pelaku usaha ekonomi merupakan usaha/perusahaan bergerak di bidang perdagangan besar dan eceran, yaitu mencapai 59.165 usaha/ perusahaan. Selain itu, potensi sumber daya alam (SDA) di Bojonegoro yang cukup menjanjikan telah menjadi magnet bagi para investor maupun warga luar daerah untuk migran ke Bojonegoro. Mereka datang untuk mencari pekerjaan maupun berwira usaha mengadu nasib mengais rezeki di Bojonegoro. Selain sektor perdagangan, lapangan usaha lain yang mendominasi dari sisi jumlah usaha adalah industri pengolahan (kerajinan kayu Di Jawa Timur, seperrti Meubelair, relief dan ukiran lainnya), 19.55 %, penyedia akomodasi (homestay, penginapan, resto) 16.98%, jasa lainnya 4.64% dan pendidikan 2.76%. Bojonegoro memiliki banyak keberadaan para pelaku usaha yang sangat bermanfaat karena dapat menciptakan lapangan pekerjaan, memerangi penangguran, menjaga pemerataan pendapatan dan mengentaskan kemiskinan.

2.5. Analisis Penerimaan dan pengeluaran pemerintah daerah (APBD)
Lumbung Energi  adalah salah satu slogan yang disematkan untuk Bojonegoro karena telah mengucur minyak yang ditargetkan yakni menyumbang 20% dari total produksi minyak nasional yakni 1 jt barel per hari artinya Bojonegoro diwajibkan memproduksi 200 ribu barel per hari. Keberadaan lapangan minyak di Bojonegoro secara langsung memberikan peningkatan APBD dari pos Dana Bagi Hasil Migas. Dari tahun 2008 – 2017 rata-rata laju peningkatan jumlah DBH Migas 58% per tahun, dengan rata-rata jumlah dana yang di dapat selama 10 tahun adalah 436 milyar lebih.
Gambar 2.5a
Grafik Dana Bagi Hasil Migas Bojonegoro 2008- 2016
                                                                                                                                                                               Sumber: Damar Kita Jujur dan Jernih

Peningkatan DBH Migas secara langsung meningkatkan jumlah APBD Bojonegoro, dalam kurun waktu kepemimpinan Bupati Suyoto rata-rata Laju Pertumbuhan APBD adalah 15% per tahun. Dengan jumlah APBD tertinggi di dapat pada tahun 2016 dengan total APBD 3.3 triliun lebih.
Gambar 2.5b
Grafik APBD Bojonegoro
                                                                                                               

     Sumber: Damar Kita Jujur dan Jernih
Sementara untuk Prosentase Kemiskinan dalam 10 tahun selalu turun dengan rata-rata laju penurunan prosentase penduduk miskin 5% pertahun. Menurut Koordinator Forum Taman Bacaan Masyarakat (FTBM)  Bojonegoro, ironi senantiasa melekat dengan Bojonegoro seiring dengan meningkatnya intensitas industrialisasi minyak dan gas bumi (migas) di Kota Angking Dharma. Sebagai daerah lumbung migas, Bojonegoro telah menyumbang produksi siap jual (lifting) minyak bumi nasional secara signifikan. Selama lima tahun terakhir, produksi siap jual minyak bumi Bojonegoro mengalami peningkatan rata-rata 9 juta barel per tahun, dari sekitar 21 juta barel pada 2013 mencapai sekitar 57 juta barel pada 2017 (Triwulan III). Capaian ini seolah tidak sebanding dengan tingkat penurunan kemiskinan yang terbilang lamban, rata-rata hanya 0,4% per tahun dalam lima tahun terakhir, dari 15,96% pada 2013 menjadi 14,34% pada 2017.
Mentransformasikan berkah migas untuk pemerataan kesejahteraan rakyat senantiasa menjadi tantangan berat bagi Bojonegoro. Untuk itu pemerintah menggagas untuk mencari tahu pemikiran masyarakat Bojonegoro agar berkah Migas ini dapat menjadi sarana untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sehingga prosentase kemiskinan dapat turun secara signifikan. (Damar Kita Jujur dan Jernih: 2018)
Pada bulan Maret 2016, Kebijakan Umum Anggaran Prioritas Plafon Anggaran Sementara (KUA PPAS) Perubahan Anggaran pendapatan Belanja Daerah (APBD) akhirnya disahkan dan ditetapkan oleh Dewan. Dijelaskan KAU PPAS perubahan APBD tahun 2016 yakni terdapat penurunan pendapatan Rp449.288.352.277.35 dari Rp3.799.271.483.915.59. Sedangkan belanja daerah mencapai Rp3.646.185.769.798.94 sehingga desifit mencapai Rp296.201.278.160.70. Badan Anggaran dalam kesempatan ini menyampaikan beberapa catatan yakni rasionalisasi dibeberapa pos antara lain belanja sekretariat DPRD sebesar Rp1.500.000.000, 00, Dinas Pendidikan Rp255.624.000,00, belanja hibah BPKKD sebesar Rp150.000.000,00, penyertaan modal di BPR senilai Rp5.000.000.000,00 dan rasionalisasi penyerataan saham Bank UMKM senilai Rp4.000.000.000,00. Dari rasionalisasi tersebut akan ditambahkan di beberapa pos antara lain Bagian Umum sebesar Rp1.000.000.000, Dinas Budpar senilai Rp100.000.000,00, Dinas Pendidikan Pendidikan Rp50.000.000,00 dan Dinas Pekerjaan Umum sebesar Rp9.755.604.000,00 untuk digunakan pembangunan infrastruktur prioritas. (beritaBojonegoro.com: 2016)
Formulasi APBD perubahan tahun 2016 disepakati bahwa target pendapatan sebesar Rp3.349.984.491.638.24 atau mengalami penurunan 11,83% dibandingkan target pada APBD induk sebesar Rp3.799.272.843.915.59. Sedangkan total estimasi belanja sebesar Rp3.646.185.769.798.94 atau menurun 5,66% dibandingkan APBD Induk yaitu Rp3.864.897.201.652.40. Maka defisit pada APBD Perubahan tahun 2016 ini mencapai Rp296.201.278.160.70. (Situs Resmi Pemkab Bojonegoro)

2.6. Pembangunan Ekonomi Daerah Bojonegoro
Dulu sebelum ada sumber daya alam berupa migas, Bojonegoro masih sangat bergantung dengan industri di sektor pertaniannya untuk menopang biaya hidup warga Bojonegoro. Dapat diketahui migas yang dimiliki Bojonegoro mengandung cadangan Migas sebesar 7,7 triliun kaki kubik minyak bumi atau setara 650 juta barel dan menjadi Salahsatu jumlah kontibutor pertama untuk lifting Indonesia. Hal inilah yang menjadikan Bojonegoro menjadi sorotan public sebagai kota penghasil minyak yang akan menopang kebutuhan minyak nasional dan sumber minyak bumi se Asia Tenggara. Dampak adanya migas secara langsung adalah warga mendapatkan peluang bekerja dan pendapatan mereka tercukupi atas adanya lapangan kerja tersebut.
Pembangunan ekonomi daerah Bojonegoro semakin naik peringkatnya. Ditambah dengan adanya perusahaan minyak dan gas bumi skala Internasional, Exxon dan disusul dengan Petrochina yang memercikkan aoi- api ekonomi bagi warga Bojonegoro. Selain menumbuhkan lapangan kerja, adanya perusahaan migas juga memberi dampak kepada berdirinya, munculnya hotel- hotel mewah seperti Aston, Dewarna Hotel, dll, rumah makan yang berkelas dan upah minimum regional yang hanya Rp1,4 juta per bulan yang dapat mengundang daya tarik investor lain untuk menanamkan modal di Bojonegoro.
Sebagai daerah penghasil migas, Pemerintah Kabupaten Bojonegoro, tidak sepenuhnya mengandalkan energi tak terbaharukan untuk menumbuhkan ekonominya. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Bojonegoro tahun 2016, Bojonegoro menjadi peringkat tertinggi pertumbuhan ekomoni di Jawa Timur. Perbaikan ekonomi Bojonegoro ini dikarenakan 15% Kebutuhan Pangan Nasional berasal dari Bojonegoro dan 20% Kebutuhan Energi Nasional (Migas) dari Bojonegoro.
Menurut BPS tahun 2000, Bojonegoro termasuk kabupaten termiskin di Jatim, namun tahun 2006 Bojonegoro menjadi urutan ketiga termiskin di Jawa Timur. Hal tersebut dikarenakan oleh strategi dan arah kebijakan yang tepat dan didukung oleh penerapan keterbukaan mulai level organisasi perangkat daerah (OPD) hingga pemerintah desa. Pada tahun 2016, Bojonegoro berhasil keluar dari 10 kota termiskin di Jawa Timur.
Bupati Bojonegoro telah melakukan beberapa strategi upaya pembagunan ekonomi kabupaten Bojonegoro diantaranya sebagai berikut:
      a)      Sektor Pertanian
            Di antaranya melalui program seribu embung, infrastruktur pertanian seperti jaringan irigasi usaha tani (Jitut) dan jaringan irigasi perdesaan (Jides), serta penerapan teknologi pertanian dengan menggandeng universitas ternama di Indonesia untuk meningkatkan produksi pertanian. Melalui program tersebut, produksi padi Bojonegoro pada tahun lalu mencapai hampir satu juta ton. Atas produksi yang besar, hasil produksi tersebut diserap oleh kabupaten lain.
      b)      Sektor Pertambangan
Potensi migas di wilayah Kabupaten Bojonegoro cukup besar. Perkiraan cadangan minyak di Kabupaten Bojonegoro mencapai 600 juta – 1,4 milyar barel dan cadangan gas sekitar  1,7 – 2 triliun kaki kubik. Angka tersebut merupakan jumlah perkiraan terbesar di Indonesia yang berada di blok cepu yang dieksploitasi oleh Exxon Mobil. Dengan potensi migas yang cukup besar tersebut maka diperkirakan mampu menyumbang 20 % produksi nasional. Kawasan Blok Cepu dan Blok Sukowati secara administratif berada di Kecamatan Ngasem, Kecamatan Kedewan dan Kecamatan Gayam. Selain tambang minyak yang dikelola secara mekanis oleh perusahaan besar juga terdapat penambangan tradisional yang dikelola oleh masyarakat dengan peralatan sederhana untuk pengambilan minyak di sumur-sumur minyak yang ada. 
      c)      Sektor Industri
Dalam sektor industri, pemerintah bekerja sama dengan sejumlah perbankan untuk memberikan akses permodalan kepada para pengusaha maupun masyarakat yang bersungguh-sungguh ingin membuka usaha. Selain itu, Pemkab juga membuat kebijakan UPP (upah pedesaan) bagi investor yang mau membuka usaha padat karya di pedesaan dan menyiapkan tenaga terampil sesuai kebutuhan perusahaan, dan memberi kemudahan perizinan dan pembangunan infrastruktur.(Kumparan: 2017)

2.7 Perkembangan Sektor Pertanian serta Ekonomi Kelautan dan Pengembangan Wisata Bojonegoro
Sektor pertanian masih menjadi tumpuan perekonomian masyarakat di Kabupaten Bojonegoro. Pada sektor produksi pertanian di Bojonegoro tidak hanya padi yang menjadi produksi utama tetapi juga jagung, bawang merah, kacang tanah, dan tembakau. Di Bojonegoro sektor pertanian lebih besar menyediakan banyak tenaga kerja dibandingkan dengan sektor pertambangan. Namun, kondisinya saat ini lahan pertanian di Bojonegoro terus mengalami penyusutan. Dari sepanjang tahun 2017, ada sekitar 77 ribu hektar mengalami penyusutan sebesar 600 hektar lebih untuk Lapangan Banyuurip, Blok Cepu, serta 25.317 meter persegi untuk pengembangan perumahan. Hal tersebut disebebkan oleh  industri migas dan perumahan yang terus berkembang.
Selain dibidang lahan pertanian, tampungan tenaga kerja disektor pertanian dari kebutuhan buruh tani juga mengalami penurunan. Oleh karena itu, untuk menangani masalah tersebut pemerintah mengupayakan cara lain yaitu salah satunya memanfaatkan bantuan alat pertanian dari pemerintah pusat. Dengan bantuan alat mesin pertanian (Alsintan) tersebut, maka petani tidak lagi membutuhkan tenaga kerja dengan jumlah yang banyak. Alsintan yang diberikan kepada petani di Bojonegoro diantaranya adalah hand traktor, transplanter, excavator, dan traktor. Jumlah kelompok tani di 28 Kecamatan saat ini total mencapai 1.526 tenaga kerja. Sementara jumlah petani di masing-masing desa berbeda-beda tergantung luas lahan pertanian. Meski terjadi pengurangan lahan dan tenaga kerja disektor pertanian, namun menurutnya perkembangan produksi pertanian tanaman padi jumlahnya terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2013 mencapai 802.528,20 ton, tahun 2014 sebesar 847.847 ton, tahun 2015 sebesar 907.837 ton, 2016 dan 2017 sebesar 1.050.072 ton. Jumlah tersebut, hampir merata dihasilkan seluruh Kecamatan di Bojonegoro. Hanya saja, paling banyak di Kecamatan Kanor. (beritajatim.com: 2018)
Walaupun Bojonegoro tidak memiliki potensi dalam kelautan, namun Bojonegoro menjadi wilayah administratif hilir Sungai Bengawan Solo.
Gambar 2.7a
Aliran Sungai Bengawan Solo
           

Sumber: Google Maps Sungai Bengawan Solo
Adanya sungai ini menjadikan fungsinya sebagai jalur transportasi dan tempat rekreasi bagi pengunjung yang menggunkan perahu-perahu untuk menyusuri sungai. Kabupaten Bojonegoro sebenarnya juga mempunyai banyak potensi di sektor kehutanan seperti di daerah kecamatan Bubulan karena banyaknya tanaman jati. Hutan jati tersebut dalam pemanfaatanya belum optimal oleh Pemerintah.
Sedangkan pada sektor pariwisata menyumbang Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, dengan jumlah kenaikan yang cukup besar. Pada 2015 masih sekitar Rp 378 juta. Sedangkan pada 2016 mencapai Rp 1.532 miliar atau melonjak 305%. Menurut Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Bojonegoro, saat ini terus mengembangkan potensi wisata yang ada di daerah itu. Tak terkecuali wisata- wisata alam dan agroindustri di desa-desa di 28 kecamatan di Bojonegoro. Sejumlah obyek wisata yang menghasilkan pemasukan antara lain:
a)      Dander Water Park Rp 815 juta lebih
 Gambar 2.7b
Sumber: youtube.com
                                       

b)       Kayangan Api atau Api Abadi Rp 428 juta lebih
Gambar 2.7c
Sumber: wisatabojonegoro.com

                                           

c)      Waduk Pacal Rp 97 juta lebih
Gambar 2.7d
Sumber: wisatabojonegoro.com



d)     Pesanggaran Tirtawana Dander Rp 105 juta lebih
Gambar 2.7e
Sumber: eastjava.com


e)      Gedung Serba Guna dengan jumlah kontribusi Rp 87 juta.
Ada pula sejumlah obyek wisata yang mulai diminati pengunjung. Di antaranya adalah:
a)      Wisata alam Tebbing Grogoland di Desa Ngunut, Kecamatan Dander dan pada 2016 lalu didatangi 2.200 pengunjung.
Gambar 2.7f
Sumber: tempatplesir.blogspot.com




b)     

                        




Wisata Kedungmaor di Kecamatan Temayang didatangi wisatawan sebanyak 1.286 orang
Gambar 2.7g
Sumber: teluklove.com




c)      Watu Gandul didatangi 470 pengunjung.
Gambar 2.8h
Sumber: embunkgs.blogspot.com




d)    
Negeri Atas Angin di Kampung Deling, Kecamatan Sekar, yang sudah dikunjungi 82.443 orang sejak April 2016.
Gambar 2.7i
Sumber: wisatabojonegoro.com




e)      Agro Belimbing di Desa Ngringinrejo didatangi 129.600 orang.
                        Gambar 2.7j
Sumber: www.tipswisata.co
  
f)       Wisata edukasi Gerabah di Desa Rendeng, Kecamatan Malo, didatangi 13.342 orang
Gambar 2.7k
Sumber: sloops.com

g)      “Go Fun Bojonegoro Theme Park” sebagai wisata yang sangat diminati oleh warga lokal maupun luar lokal. (Tempo.co: 2017)
Gambar 2.7l
Sumber: trivindo.com




Pemerintah Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, akan melakukan peningkatan kinerja pada awal 2016 ini. Salah satunya adalah membangkitkan potensi wisata. Hal positif ini antara lain tercatat sejak 1 Januari 2016 sektor pariwisata telah memberikan kontribusi pemasukan hampir Rp187 juta selama 3 hari. Mulai dari Dander park, wisata Belimbing Ngringinrejo, serta beberapa kawasan lain di Bojonegoro.

2.8. Permasalahan Utama Kondisi Ekonomi Daerah Bojonegoro dan Solusinya
Permasalahan:
  • ·         Tingkat penurunan kemiskinan yang terbilang lamban pada penduduk daerah migas
  • ·       Air keruh dan timbunan sampah pada sungai Bengawan Solo yang dapat menganggu kelestarian sungai
  • ·         Masih terdapat beberapa jalan raya yang rusak dan susah untuk dilewati pengguna jalan
  • ·         Pencemaran air pada Sungai Bengawan Solo yang mengakibatkan banjir
  • ·         Pengurangan lahan pertanian dan tampungan kerja sektor pertanian karena lahan yang dipakai untuk membangun permukiman

Solusi:
  • ·         Mentransformasikan berkah migas untuk pemerataan kesejahteraan rakyat
  • ·    Masyarakat perlu memelihara sungai sebaik mungkin dengan membuang sampah pada tempatnya dan menggunakan air sungai semaksimal mungkin
  • ·         Melakukan pemerataan jalan raya agar pengguna jalan dapat menempuh perjalanan dengan selamat
  • ·         Menciptakan percepatan pembangunan yang peduli lingkungan
  • ·         Mengalokasikan kembali lahan untuk pertanian dan memanfaatkan mesin pertanian yang telah diberikan oleh pemerintah







BAB III
PENUTUP    
       3.1.Kesimpulan
Bojonegoro selain memiliki potensi migas yang berdampak besar terhadap perekonomian juga terhadap sektor- sektor lainnya yang dapat menunjang kemajuan ekonomi baik dalam Kota Bojonegoro maupun nasional hingga internasional. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistika (BPS) Kabupaten Bojonegoro tahun 2015 memiliki beberapa fenomena ekonomi maupun kebijakan pemerintah dalam bidang ekonomi yang dapat berpengaruh terhadap perkembangan ekonomi di Bojonegoro, diantaranya  adalah:
 1. Rendahya pencapaian realisasi lifting minyak bumi di sumur- sumur minyak di Kabupaten Bojonegoro tahun 2014 yaitu sebesar 89,78%.
 2. Meningkatnya produksi komoditas tanaman pangan seperti padi, jagung dan kedalai, melonjaknya hasil panen komoditas perkebunan seperti tembakau virginia maupun jawa, meningkatnya populasi ternak besar, kecil maupun unggas dan melimpahnya hasil budi daya perikanan.
 3. Pembangunan infrastruktur yang terus berkesinambungan mampu menjaga sektor kontruksi untuk tetap tumbuh signifikan di Kabupaten Bojonegoro.
Kebijakan- kebijakan dan fenomena di atas memberi harapan kepada kemajuan ekonomi Bojonegoro baik dalam penurunan angka kemiskinan, penurunan ketimpangan masyarakat dan lainnya. Kemudian perkembangan ekonomi suatu wilayah harus di lihat dari sektor- sektor yang menjadi unggulan wilayah tersebut. Sektor unggulan tersebut harus bisa dikembangkan semaksimal mungkin agar dapat menjadi pemicu pembangunan perekonomian wilayah tersebut. Sektor- sektor unggulan tersebut dapat diketahui salah satunya dengan menggunakan data PDRB.  Seperti Kota Bojonegoro memiliki potensi sumber daya alam yang melimpah, wisata yang sering dikunjungi wisatawan, bidang usaha yang menarik minat investor, dan bidang lainnya. Potensi ekonomi Bojonegoro perlu digali dan dimanfaatkan secara efisien dan efektif untuk menunjang pembangunan maupun pertumbuhan ekonomi Bojonegoro.



     3.2.Saran
Dapat diketahui bahwa kondisi pertumbuhan ekonomi di Kota Bojonegoro terus meningkat. Oleh karena itu, sebagai sumber daya manusia yang baik dianjurkan agar dapat mempertahankan keunggulan ekonomi Bojonegoro tersebut agar dapat membantu kemajuan perekonomian Indonesia dan dunia.
                                                       


DAFTAR PUSTKA
(beritajatim.com: 2018)
(Damar Kita Jujur dan Jernih, 2018, http://damarkita.com/2018/03/13/lumbung-migas-dan-kemiskinan-di-bojonegoro/, 22 Maret 2018)
Kompas.com
(Situs Resmi Pemkab Bojonegoro, http://www.bojonegorokab.go.id/menu/index/Migas, 20 Maret 2018).
(Tempo.co: 2017. Sektor Pariwisata Sumbang PAD Bojonegoro Hingga 305 Persen)




Komentar

Postingan Populer