ANALISIS PEREKONOMIAN DAERAH BOJONEGORO
KARYA
TULIS ILMIAH
ANALISIS
PEREKONOMIAN DAERAH BOJONEGORO
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Take Home Ujian Tengah Semester
Mata Kuliah Perekonomian Indonesia
Semester Genap Tahun Ajaran 2018
Dosen Pengampu :
Fauziah,
MM
KELAS
F
Disusun oleh:
Meilinda Nur Rasyida F.
|
(16510233)
|
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ISLAM
NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG 2018
DAFTAR
ISI
DAFTAR
ISI.................................................................................................................... i
DAFTAR TABEL DAN DAFTAR GAMBAR............................................................. ii
KATA
PENGANTAR................................................................................................... .iii
BAB
I PENDAHULUAN............................................................................................... 1
1.1 Latar
Belakang........................................................................................................... 1
1.2 Rumusan
Masalah...................................................................................................... 1
1.3 Tujuan
Penulisan........................................................................................................ 2
1.4 Manfaat
Penulisan...................................................................................................... 2
BAB
II HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.............................................. .3
2.1 Gambaran Umum Bojonegoro................................................................................... 3
2.2 Pertumbuhan dan Perubahan Struktur Daerah Bojonegoro.................................. .....7
2.3 Analisis PDRB dan Pendapatan Perkapita
(termasuk ketimpangan antar
kecamatan).................................. ................................8
2.4 Analisis Distribusi Pendapatan dan Kemiskinan................................................. ....12
2.5 Analisis Penerimaan dan pengeluaran pemerintah daerah (APBD)
................... ....13
2.6 Pembangunan Ekonomi Daerah Bojonegoro....................................................... ....15
2.7 Perkembangan Sektor Pertanian serta Ekonomi
Kelautan dan Pengembangan
Wisata Bojonegoro ................................... ...................................... ........................17
2.8 Permasalahan Utama Kondisi Ekonomi Daerah Bojonegoro dan
Solusinya....................................................................................................................... 22
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan....................................................................................................... 23
3.2 Saran................................................................................................................. 24
DAFTAR
PUSTAKA.................................................................................................. 25
DAFTAR TABEL DAN DAFTAR GAMBAR
Daftar Tabel
TABEL 2.1 Luas
Wilayah Kecamatan (km²) dan Jumlah Desa/Keluraha
di Kabupaten Bojonegoro ............................................................................................. 5
TABEL 2.3a PRDB menurut Lapangan Usaha .......................................................... 8
TABEL 2.3b Presentase Rumah Tangga
di Kabupaten Bojonegoro Menurut
Kelompok
Pengeluaran per Kapita............................................................................... 10
Daftar GAMBAR
GAMBAR 2.1 Peta Administrasi Bojonegoro.............................................................. 4
GAMBAR 2.1b Penduduk
Menurut Jenis Kelamin dan Sex Ratio di Kabupaten
Bojonegoro..................................................................................................................... 6
GAMBAR 2.2 Pertumbuhan Ekonomi
Nasional, Jawa Timur dan Kabupaten
Bojonegoro .......... ......................................................................................................... 7
GAMBAR 2.4 Grafik Prosentase Penduduk Miskin Bojoneg.oro ............................... 12
GAMBAR 2.5a Grafik Dana Bagi Hasil Migas Bojonegoro ....................................... 13
GAMBAR 2.5b Grafik APBD Bojonegoro................................................................... 14
GAMBAR 2.7a Aliran Sungai Bengawan Solo............................................................ 18
GAMBAR 2.7b Dander
Water Park.............................................................................. 19
GAMBAR 2.7c Kayangan Api..................................................................................... 19
GAMBAR 2.7d Waduk
Pacal....................................................................................... 19
GAMBAR 2.7e Pesanggaran
Tirtawana Dander ......................................................... 19
GAMBAR 2.7f Wisata alam
Tebbing Grogoland........................................................ 20
GAMBAR 2.7g Wisata
Kedungmaor........................................................................... 20
GAMBAR 2.7h Watu
Gandul....................................................................................... 20
GAMBAR 2.7i Negeri
Atas Angin ............................................................................... 20
GAMBAR 2.7j Agro Belimbing ................................................................................... 21
GAMBAR 2.7k Wisata
edukasi Gerabah ...................................................................... 21
GAMBAR 2.7l Go
Fun Bojonegoro Theme Park........................................................... 21
KATA
PENGANTAR
Dengan
menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyaang, kami panjatkan
puji syukur kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan
inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah
Perekonomian Indonesia yang berjudul “Analisis Perekonomian Daerah Bojonegoro”.
Karya
tulis ilmiah ini telah kami susun semaksimal mungkin dan telah mendapatkan
banyak bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar penyusunan karya
tulis ilmiah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih terhadap
pihak-pihak
yang telah membantu menyusunan karya
tulis ilmiah ini.
Terlepas
dari itu semua, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak
kekurangan-kekurangan dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini. Oleh karena itu,
dengan tangan terbuka kami menerima kritik dan saran dari pembaca agar kami
dapat memperbaiki penyusunan kedepannya.
Akhir
kata semoga karya tulis
ilmiah
ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang bersangkutan. Amin yaa rabbal
‘alamin.
Malang, 25 Maret 2018
Penyusun
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pertumbuhan ekonomi merupakan sebuah tolak ukur
kemajuan suatu daerah. Bojonegoro merupakan salahsatu kota kecil yang berada di
bagian barat Jawa Timur yang memiliki banyak hal yang patut diketahui lebih
dalam seperti sejarah, budaya, kekayaan alam dan potensi ekonomi yang baik.
Bojonegoro dikenal dengan cemilan ledrenya bahkan memiliki potensi minyak bumi
yang sangat besar yang dapat mengembangkan Bojonegoro. Bojonegoro memiliki lokasi
starategis yang diampit oleh Kabupaten Lamongan, Tuban dan daerah lainnya.
Selain daerah tersebut, Bojonegoro memiliki lokasi yang strategis dengan adanya
Sungai Bengawan Solo yang memungkinkan lahan kesuburan bagi para petani di
Bojonegoro.
Selain memiliki kekayaan alam dan
potensi yang banyak, pada tahun 2016 Kabupaten Bojonegoro terpilih menjadi wakil
Indonesia sebagai daerah percontohan pada Open Government Partnership (OGP)
Subnational Government Pilot Program atau Percontohan Pemerintah Daerah
Terbuka. Kabupaten Bojonegoro merupakan daerah
percontohan mewakili Asia bersama kota Seoul, Korea Selatan, dan Tbilisi di
Georgia.
Hal tersebut mendorong atas pertumbuhan ekonomi Bojenegoro sampai saat ini. Faktor- faktor tersebut menjadikan Bojonegoro memiliki semboyan sebagai “Bojonegoro Matoh”.(Kompas.com)
Hal tersebut mendorong atas pertumbuhan ekonomi Bojenegoro sampai saat ini. Faktor- faktor tersebut menjadikan Bojonegoro memiliki semboyan sebagai “Bojonegoro Matoh”.(Kompas.com)
Dari tahun ke tahun Bojonegoro
menjadi kabupaten yang terus meningkat pertumbuhan ekonominya. Hal tersebut
dikarenakan beberapa faktor yang akan dijelaskan pada Karya Tulis Ilmiah ini.
Oleh karena itu, Penulis tertarik
untuk menganilisis kondisi perekonomian suatu daerah dengan berbagai sumber
yang terpercaya. Disini penulis memilih Kota Bojonegoro
karena kemampuannya untuk memanfaatkan segala sumber daya yang ada di dalamnya.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1. Bagaimana gambaran umum tentang Kabupaten Bojonegoro?
1.2.2.
Bagaimana pertumbuhan dan perubahan
struktur daerah Bojonegoro?
1.2.3.
Bagaimana PDRB dan pendapatan perkapita
(termasuk ketimpangan antar kecamatan) Bojonegoro?
1.2.4.
Bagaimana distribusi pendapatan dan kemiskinan
Bojonegoro?
1.2.5.
Bagaimana penerimaan dan pengeluaran
pemerintah daerah (APBD) Bojonegoro?
1.2.6.
Bagaimana pembangunan ekonomi daerah
Bojonegoro?
1.2.7.
Bagaimana perkembangan sektor pertanian
serta ekonomi kelautan dan pengembangan wisata Bojonegoro?
1.2.8.
Apa saja permasalahan utama kondisi ekonomi
daerah Bojonegoro dan solusinya?
1.3.
Tujuan Penulisan
Karya Tulis Ilmiah ini dibuat dengan tujuan memberikan wawasan
kepada pembaca mengenai pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bojonegoro pada tahun
2012- 2016, terlebihnya untuk membantu menganalisis sejauh mana pertumbuhan ekonomi
Kabupaten Bojonegoro selama ini.
1.4.
Manfaat
Penulisan
1.4.1. Mengetahui bagaimana gambaran umum tentang Kabupaten Bojonegoro.
1.4.2.
Mengetahui
bagaimana pertumbuhan dan perubahan struktur daerah Bojonegoro.
1.4.3.
Mengetahui
bagaimana PDRB dan pendapatan perkapita (termasuk ketimpangan antar kecamatan)
Bojonegoro.
1.4.4.
Mengetahui bagaimana distribusi pendapatan
dan kemiskinan Bojonegoro.
1.4.5.
Mengetahui bagaimana penerimaan dan
pengeluaran pemerintah daerah (APBD) Bojonegoro.
1.4.6.
Mengetahui bagaimana pembangunan ekonomi daerah
Bojonegoro.
1.4.7.
Mengetahui bagaimana perkembangan sektor
pertanian serta ekonomi kelautan dan pengembangan wisata Bojonegoro.
1.4.8.
Mengetahui permasalahan utama kondisi
ekonomi daerah Bojonegoro dan solusinya.
BAB II
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
2.1. Gambaran Umum Bojonegoro
2.1.1. Visi Bojonegoro
“Terwujudnya
pondasi bojonegoro sebagai lumbung pangan dan energi negeri yang
produktif, berdaya saing, adil, bahagia, sejahtera dan berkelanjutan”
2.1.2. Misi Bojonegoro
1.
Meningkatkan
pertumbuhan ekonomi yang berkualitas, seimbang dan berkelanjutan melalui peningkatan
industri pangan dan energi;
2.
Mewujudkan
masyarakat yang produktif, mandiri dan sejahtera;
3.
Mewujudkan
tata kelola pemerintahan yang baik dan bersih melalui peningkatan pelayanan
yang profesional
2.1.3. Sejarah Singkat Bojonegoro
Masa kehidupan sejarah Indonesia Kuno ditandai oleh pengaruh kuat
kebudayaan Hindu yang datang dari India sejak Abad I. Hingga abad ke-16,
Bojonegoro termasuk wilayah kekuasaan Majapahit. Seiring dengan
berdirinya Kesultanan Demak pada abad
ke-16, Bojonegoro menjadi wilayah Kerajaan Demak. Dengan berkembangnya budaya
baru yaitu Islam, pengaruh budaya Hindu terdesak dan terjadilah pergeseran
nilai dan tata masyarakat dari nilai lama Hindu ke nilai baru Islam dengan
disertai perang dalam upaya merebut kekuasaan Majapahit (wilwatikta). Peralihan
kekuasaan yang disertai pergolakan membawa Bojonegoro masuk dalam wilayah
Kerajaan Pajang (1586), dan kemudian Mataram (1587).
Pada tanggal 20 Oktober 1677, status Jipang yang
sebelumnya adalah kadipaten diubah menjadi kabupaten dengan Wedana Bupati
Mancanegara Wetan, Mas Tumapel yang juga merangkap sebagai Bupati I yang
berkedudukan di Jipang. Tanggal ini hingga sekarang diperingati sebagai hari
jadi Kabupaten Bojonegoro. Tahun 1725, ketika Pakubuwono II (Kasunanan
Surakarta) naik tahta, pusat pemerintahan Kabupaten Jipang dipindahkan dari
Jipang ke Rajekwesi, sekitar 10 km sebelah selatan kota Bojonegoro
sekarang. Dilihat dari sejarah di atas menjadikan Bojonegoro dikenal dengan Bumi
Angkling Dharma. (Wikipedia)
2.1.4. Letak Geografis Bojonegoro
Kabupaten Bojonegoro secara
administratif memiliki luas wilayah yaitu mencapai 230.706 Ha. Secara
geografis, Kabupaten Bojonegoro berada pada koordinat 6o 59’ sampai 7o 37’
Lintang Selatan dan 112o25’ sampai 112o 09’ Bujur Timur, dengan jarak + 110 km
dari ibu kota provinsi. Secara administrasi, Bojonegoro berbatasan dengan
beberapa wilayah, diantaranya:
Sebelah Utara : Kabupaten Tuban
Sebelah Timur : Kabupaten Lamongan
Sebelah Selatan : Kabupaten Madiun, Nganjuk dan Jombang
Sebelah Barat : Kabupaten Ngawi dan Blora (Jawa Tengah)
Sebelah Utara : Kabupaten Tuban
Sebelah Timur : Kabupaten Lamongan
Sebelah Selatan : Kabupaten Madiun, Nganjuk dan Jombang
Sebelah Barat : Kabupaten Ngawi dan Blora (Jawa Tengah)
Gambar 2.1
Sumber: Peta Tematik Indonesia,
Administrasi Kabupaten Bojonegoro
Secara administratif Kabupaten Bojonegoro terbagi menjadi 28
kecamatan dengan total 419 desa serta 11 kelurahan. Kecamatan Tambakrejo
merupakan kecamatan terluas sebesar 209,52 km² (9,08%) dengan jumlah desa
sebesar 18 desa dan 66 dusun/lingkungan, sebaliknya Kecamatan Bojonegoro
merupakan kecamatan dengan luas wilayah terkecil yakni sebesar 25,71 km²
(1,11%) dengan jumlah desa/kelurahan sebesar 7 desa, 11 kelurahan dan 12
dusun/lingkungan.
Tabel 2.1
Luas Wilayah Kecamatan (km²) dan Jumlah Desa/Kelurahan di Kabupaten Bojonegoro, 2016
Luas Wilayah Kecamatan (km²) dan Jumlah Desa/Kelurahan di Kabupaten Bojonegoro, 2016
No.
|
Kecamatan
|
Luas (km2)
|
Jumlah desa/Kel.
|
||
1
|
MARGOMULYO
|
139,68
|
6
|
||
2
|
NGRAHO
|
71,48
|
16
|
||
3
|
TAMBAKREJO
|
209,52
|
18
|
||
4
|
NGAMBON
|
48,65
|
5
|
||
5
|
SEKAR
|
130,24
|
6
|
||
6
|
BUBULAN
|
84,73
|
5
|
||
7
|
GONDANG
|
107,01
|
7
|
||
8
|
TEMAYANG
|
124,67
|
12
|
||
9
|
SUGIHWARAS
|
87,15
|
17
|
||
10
|
KEDUNGADEM
|
145,15
|
23
|
||
11
|
KEPOHBARU
|
79,64
|
25
|
||
12
|
BAURENO
|
66,37
|
25
|
||
13
|
KANOR
|
59,78
|
25
|
||
14
|
SUMBEREJO
|
76,58
|
26
|
||
15
|
BALEN
|
60,52
|
23
|
||
16
|
SUKOSEWU
|
47,48
|
14
|
||
17
|
KAPAS
|
46,38
|
21
|
||
18
|
BOJONEGORO
|
25,71
|
18
|
||
19
|
TRUCUK
|
36,71
|
12
|
||
20
|
DANDER
|
118,36
|
16
|
||
21
|
NGASEM
|
147,21
|
17
|
||
22
|
GAYAM
|
50,05
|
12
|
||
23
|
KALITIDU
|
65,95
|
18
|
||
24
|
MALO
|
65,41
|
20
|
||
25
|
PURWOSARI
|
62,32
|
12
|
||
26
|
PADANGAN
|
42,00
|
16
|
||
27
|
KASIMAN
|
51,80
|
10
|
||
28
|
KEDEWAN
|
56,51
|
5
|
||
Kabupaten Bojonegoro
|
2307,06
|
Sumber: Biro Pusat Statistika Kabupaten
Bojonegoro
2.1.5. Topografi Bojonegoro
Keadaan topografi Kabupaten Bojonegoro didominasi oleh keadaan
tanah yang berbukit yang berada di sebelah selatan (Pegunungan Kapur Selatan)
dan sebelah utara (Pegunungan Kapur Utara) yang mengapit dataran rendah yang
berada di sepanjang aliran Bengawan Solo yang merupakan daerah pertanian yang subur.
Lebih jelasnya kondisi topografi di Kabupaten Bojonegoro didominasi oleh lahan
dengan kemiringan yang relatif datar. 91,26% wilayah Kabupaten Bojonegoro
memiliki kemiringan antara 0-15%.
Permukaan tanah di Kabupaten Bojonegoro rata-rata berada pada ketinggian dari permukaan laut yang relatif rendah, yaitu berada pada ketinggian antara 25 - 500 m dari permukaan laut. (Wikipedia)
Permukaan tanah di Kabupaten Bojonegoro rata-rata berada pada ketinggian dari permukaan laut yang relatif rendah, yaitu berada pada ketinggian antara 25 - 500 m dari permukaan laut. (Wikipedia)
2.1.6. Demografi Kabupaten Bojonegoro
Populasi Penduduk di Kabupaten Bojonegoro tahun 2016 mencapai
1.453.880 jiwa (453.726) KK dibandingkan Tahun 2015 mengalami peningkatan
sebesar 0,05%.
Gambar 2.1b
Sumber: Badan Pusat Statistika Kabupaten
Bojonegoro
Dengan luas wilayah daratan Kabupaten Bojonegoro sebesar 2.307,06
kilometer persegi, maka tingkat kepadatan penduduk Kabupaten Bojonegoro tahun
2016 adalah 537 jiwa per kilometer persegi. Jika dibandingkan dengan kepadatan
penduduk tahun 2015, maka ada peningkatan sebesar 1 jiwa per kilometer persegi.
Dalam rentang waktu 2012-2016, ada tren peningkatan persentase penduduk
laki-laki, yaitu dari 49,39 persen di tahun 2012 menjadi 49,44 persen di tahun
2016. Walaupun ada kecenderungan penurunan, namun persentase penduduk perempuan
di Kabupaten Bojonegoro tahun 2016 masih lebih banyak dibandingkan penduduk
laki-laki, yaitu 50,56 persen. Sehingga bila dilihat berdasarkan rasio jenis
kelamin (sex ratio), yaitu perbandingan antara jumlah penduduk laki-laki
terhadap perempuan, di Kabupaten Bojonegoro tahun 2016 diperoleh nilai 97,76
persen. Ini berarti rata-rata untuk setiap 100 penduduk perempuan akan terdapat
sekitar 97-98 penduduk laki-laki. Terdapat beberapa sebab sex ratio kurang dari
100 persen, diantaranya angka harapan hidup laki-laki serta karena faktor
migrasi penduduk laki-laki lebih tinggi terutama pada penduduk usia produktif.
2.2. Pertumbuhan
dan Perubahan Struktur Daerah Bojonegoro
Menurut Badan
Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Bojonegoro tahun 2016, pertumbuhan ekonomi Bojonegoro tertinggi diantara kabupaten
di Jawa Timur. Hal tersebut didukung oleh sektor migas dan non migas. Dari data Badan
Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Bojonegoro, pertumbuhan
ekonomi di Kabupaten Bojonegoro tahun 2015 mengalami peningkatan sebesar 40%
atau mencapai sebesar 19,87 % dari tahun 2014. Dimana
pencapaian pertumbuhan ekonomi tersebut melebihi
Nasional dan Jatim dikarenakan kontribusi sektor migas yang merupakan potensi
penyumbang terbesar dalam PDRB Kabupaten Bojonegoro kemudian
mengalami peningkatan lifting yang cukup signifikan sebesar 40% dibandingkan
Tahun 2014. Selain dari sektor migas, pertumbuhan
ekonomi riil Bojonegoro dapat diukur juga dari pertumbuhan ekonomi non migas
yang pada tahun 2015 mencapai 5,99 %, dimana sektor pertanian menjadi
penopang utama pada pertumbuhan ekonomi non migas. (Bhiwaraonline:
2016)
Gambar 2.2
Pertumbuhan
Ekonomi Nasional, Jawa Timur dan Kabupaten Bojonegoro Tahun 2011-2015 (%)
Sumber: BPS RI, Provinsi Jawa Timur dan Kabupaten Bojonegoro, data
di olah
Sementara itu pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bojonegoro selama kurun
waktu 2012 sampai dengan tahun 2014 selalu dibawah pertumbuhan ekonomi
Indonesia maupun Provinsi Jawa Timur namun pada tahun 2011 dan tahun 2015
justru pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bojonegoro di atas pertumbuhan Indonesia
dan Provinsi Jawa Timur dengan pertumbuhan sebesar 10,39% persen
pada tahun 2011 dan sebesar 17,42% pada tahun
2015. Hal tersebut didukung adanya peningkatan produksi lifting migas
mencapai 40%. Selain itu juga tingkat inflasi 2.91yang relative rendah akibat
adanya penurunan harga BBM. Kemudian NTP sebesar 106.15% meningkat dibandingkan
tahun 2014 sebesar 103.03%. ditambah pula, angka IPM sebesar 65.95%, mengalami
peningkatan dari tahun 2014 sebesar 65.27%. tingkat pengangguran terbuka juga
cukup rendah 3.10%. tingkat kemiskinan terus menurun 13.98%, disebabkan
masyarakat Bojonegoro telah mampu berkarya dan semakin produktif.
2.3 Analisis PDRB
dan Pendapatan Perkapita (termasuk ketimpangan antar kecamatan)
Tabel 2.3a
Produk Regional Domestik Bruto menurut Lapangan Usaha 2012-
2016
PDRB Menurut
Lapangan Usaha
|
Distribusi
Persentase PDRB Bojonegoro ADHB (Persen)
|
||||
2012
|
2013
|
2014
|
2015
|
2016
|
|
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan
|
14.05
|
14.29
|
15.06
|
17.28
|
14.56
|
Pertambangan dan Penggalian
|
52.31
|
51.21
|
48.53
|
41.19
|
50.17
|
Industri Pengolahan
|
5.40
|
5.47
|
5.84
|
6.60
|
6.02
|
Pengadaan Listrik dan Gas
|
0.02
|
0.02
|
0.02
|
0.03
|
0.03
|
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang
|
0.03
|
0.03
|
0.03
|
0.04
|
0.04
|
Konstruksi
|
6.29
|
6.57
|
7.18
|
7.99
|
6.44
|
Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
|
7.35
|
7.57
|
7.92
|
9.07
|
7.48
|
Transportasi dan Pergudangan
|
0.71
|
0.76
|
0.86
|
1.04
|
0.77
|
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum
|
0.70
|
0.71
|
0.79
|
0.93
|
0.72
|
Informasi dan Komunikasi
|
4.69
|
4.80
|
5.04
|
5.82
|
4.86
|
Jasa Keuangan dan Asuransi
|
1.10
|
1.20
|
1.31
|
1.54
|
1.07
|
Real Estate
|
1.01
|
1.05
|
1.10
|
1.23
|
1.07
|
Jasa Perusahaan
|
0.12
|
0.12
|
0.13
|
0.15
|
0.12
|
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan
Jaminan Sosial Wajib
|
4.09
|
4.06
|
3.91
|
4.49
|
4.32
|
Jasa Pendidikan
|
0.99
|
1
|
1.05
|
1.20
|
1.05
|
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial
|
0.35
|
0.36
|
0.40
|
0.45
|
0.34
|
Jasa Lainnya
|
0.79
|
0.77
|
0.83
|
0.96
|
0.92
|
PDRB
|
100
|
100
|
100
|
100
|
100
|
PDRB (Tanpa Migas)
|
47.97
|
48.99
|
51.76
|
59.19
|
49.77
|
Sumber: BPS Kabupaten Bojonegoro
Dari data BPS Kabupaten Bojonegoro menunjukkan dari tahun 2012
hingga 2016 menjukkan prosentase pertumbuhan PDRB mengalami penurunan dan
kenaikan. Namun di sektor tertentu
yaitu pada sektor pertambangan dan penggalian mengalami kenaikan dari tahun ke
tahun (walaupun sedikit pernah mengalami penurunan). Dari sisi kontribusi PDRB Kabupaten Bojonegoro pada tahun 2016
ini sektor pertambangan dan penggalian menempati kontributor terbesar dalam
peranan pembentukan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Tahun 2016, yaitu
mencapai 50,17% dan kemudian disusul oleh sektor pertanian yang memiliki
kontribusi mencapai 14,56%. Masih banyak hal yang harus dilakukan untuk
mencapai tujuan dan target yang telah ditetapkan, sehingga diharapkan mampu
memberikan dampak yang besar dalam meningkatkan kemajuan di berbagai sektor.
Bank Dunia mengakui pertumbuhan ekonomi di Bojonegoro Jawa Timur
telah mengalami peningkatan pertumbuhannya. Salahsatu indikator
selain dari pertambangan adalah pada sektor pertanian Bojonegoro telah
menyumbang sebesar 28% dari total
PDRB, sedangkan restaurant dan hotel menyumbang 20%.
Secara umum Bojonegoro mengalami trend yang positif di wilayah Jawa Timur. (Media Center Bojonegoro: 2014).
Bagaimana pengaruh adanya migas terhadap
perekonomian Bojonegoro?
Kabupaten Bojonegoro merupakan kabupaten penghasil migas tertinggi
di Jawa Timur. Akan tetapi wilayah ini masih dikatakan belum berkembang
dilihat dari pencapaian indikator pengembangan wilayah, yakni
pendapatan perkapita, nilai IPM, dan tingkat kemiskinan yang berada
dibawah Provinsi Jawa Timur.
Suatu penelitian mengenai migas Bojonegoro
mengatakan bahwa sektor migas
dapat memberikan pengaruh langsung terhadap pencapaian pertumbuhan ekonomi
dan pendapatan perkapita. Selain itu sektor migas juga mempengaruhi
secara tidak langsung terhadap penurunan tingkat kemiskinan. Untuk
mengurangi tingkat kemiskinan, sektor migas dapat berkembang
mempengaruhi pertumbuhan ekonomi ataupun melalui peningkatan jumlah tenaga
kerja sehingga sektor ini mampu mengurangi tingkat kemiskinan
di Kabupaten Bojonegoro. (Situs Resmi Pemkab Bojonegoro).
Pendapatan/ Pengeluaran per kapita
Bojonegoro
Dalam kaca mata ekonomi, kesejahteraan penduduk dapat dilihat dari
besaran pendapatannya. Semakin tinggi pendapatan perkapita penduduk, dianggap
semakin sejahtera. Namun, untuk memperoleh informasi tentang pendapatan rumah
tangga sangatlah sulit, Susenas (Survei Sosial Ekonomi Nasional) dalam mengukur kesejahteraan menggunakan pendekatannya
pengeluaran. Secara umum jumlah pengeluaran berbanding lurus dengan pendapatan.
Rumah tangga yang pengeluarannya banyak tentunya mempunya pendapatan yang besar
pula, kondisi ini dapat mencerminkan tingkat kemampuan ekonomi masyarakat.
Kemampuan daya beli masyarakat dapat memberikan gambaran tentang tingkat
kesejahteraan masyarakat. Semakin tinggi daya beli masyarakat menunjukkan
peningkatan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya dan menjadi salah satu
indikasi peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Table 2.3b
Presentase Rumah Tangga di Kabupaten Bojonegoro Menurut Kelompok
Pengeluaran per Kapita, 2012 - 2016
Tahun
|
≤199.999
|
200.000 -
499.999
|
500.000 -
999.999
|
≥1.000.000
|
|
2012
|
7,75
|
69,55
|
19,24
|
3,45
|
|
2013
|
3,85
|
63,47
|
26,66
|
6,03
|
|
2014
|
2,15
|
57,65
|
31,87.
|
8,33
|
|
2015
|
0,80
|
49,16
|
36,28
|
13,76
|
|
2016
|
0,32
|
47,15
|
38,67
|
13,86
|
Sumber: Data Susenas
Data Susenas memberikan informasi kesejahteraan masyarakat yang
direpresentasikan melalui pengeluaran konsumsi rumah tangga. Pada data kelompok
pengeluaran Susenas 2012-2016, menunjukkan
adanya kenaikan persentase penduduk pada kelompok pengeluaran diatas 1.000.000
rupiah perkapita per bulan. Dapat dilihat juga bahwa dari tahun ke tahun
pengeluaran perkapita penduduk semakin besar, hal ini dibuktikan oleh
persentase penduduk yang bergeser menuju pada kelompok pengeluaran yang semakin
besar. Pergeseran persentase pengeluaran rumah tangga dari kelas pengeluaran
yang lebih rendah ke kelas pengeluaran yang lebih tinggi, mengandung dua
kondisi, yaitu pertama terjadi karena adanya peningkatan kesejahteraan rumah
tangga atau kedua karena adanya peningkatan harga berbagai kebutuhan rumah tangga.
Meningkatnya kesejahteraan penduduk biasanya juga ditandai dengan semakin
berkurangnya proporsi pengeluaran untuk keperluan makanan yang selanjutnya
bergeser pada pengeluaran untuk keperluan bukan makanan. Pada tahun 2016
sebagian besar pengeluaran penduduk sudah bergeser ke arah untuk memenuhi
kebutuhan non makanan, yaitu mencapai 44,66 persen dan mengalami penurunan
dibanding tahun 2015 yang sebesar 49,07 persen dari total pengeluaran.
Angka rerata diperoleh rerata pengeluaran per kapita/bulan adalah
sebesar Rp589.285,00, sedangkan rerata pendapatan per kapita/hari adalah
Rp30.964,00. Hal ini memberikan makna bahwa secara rata-rata rumah tangga di
Kabupaten Bojonegoro tidak tergolong miskin karena angka rata-rata pengeluaran
dan pendapatan rumah tangga berada di atas garis kemiskinan. Di sisi lain hal
ini mengindikasikan kemungkinan adanya ketimpangan pengeluaran dan pendapatan
di masyarakat.
Ketimpangan Penduduk Bojonegoro
Tingkat
kesenjangan atau gini rasio di Bojonegoro terus naik. Pada
Tahun 2011 sebesar 0,27%, tahun 2012
sebesar 0,31% dan tahun 2013 sebesar 0,42%.
Artinya distribusi sumber daya dan basis sosial di Kabupaten Bojonegoro masih
belum merata. Namun, dapat diketahui
tahun 2015 ekonomi Bojonegoro dengan adanya migas
tumbuh 19,43% dan indek rasio gini 0,24. Ini menunjukkan tingkat pertumbuhan
yang berkualitas, tumbuh tanpa menimbulkan kesenjangan yang meninggi. World
Bank mencatat kabupaten Bojonegoro termasuk 10 Kabupaten di Jawa Timur yang
berhasil paling cepat menurunkan kemiskinan.
Sesuai
data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur, angka kemiskikan Bojonegoro
terus turun setiap tahun. Bojonegoro sekarang ini berada diurutan sebelas, di
atas Gresik yang berada di urutan dua belas. Dengan
penurunan tersebut menjadikan Bojonegoro melesat melebihi sepuluh kabupaten
lain seperti Tuban, Lamongan, Sampang, Bangkalan, Probolinggo, Sumenep,
Pamekasan, Pacitan, Ngawi, dan Bondowoso. Kesepuluh kabupaten tersebut masih
terjerembab di zona merah kabupaten termiskin. Selain angka
kemiskinan, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) yang merupakan ukuran rata-rata
kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin terhadap garis
kemiskinan, maupun Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) menggambarkan tingkat
kesenjangan pengeluaran diantara penduduk miskin, juga menurun pada sepuluh
tahun terakhir. Indeks kedalaman pada 2006 mencapai 4,75% terus menurun menjadi
2,4% pada 2016. Begitu juga Indeks keparahan dari 1,20% menurun menjadi 0,54%
di medio yang sama. Artinya, semakin menurunnya indeks P1 ini, semakin dekat
rata-rata pengeluaran penduduk dari garis kemiskinan. Begitu juga dengan
menurun P2 ini maka semakin menurun ketimpangan pengeluaran diantara penduduk
miskin
Indeks gini ratio atau ketimpangan pendapatan bersifat fluktuatif
dalam kurun waktu 5 tahun terakhir masih termasuk tingkat ketimpangan yang
rendah. Artinya apa, kualitas pertumbuhan ekonomi kita sudah mengarah pada
jalur yang tepat atau on the back untuk menuju pemerataan pendapatan. (Bupati Bojonegoro, Suyoto)
Sementara itu, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) meskipun stagnan dalam
peringkat ke 26 se jawa timur, namun progresnya sudah mengalami kenaikan. Tahun
2012 (64,20%), 2013 (64,85%), 2014 (65,27%), 2015 (66,17%), dan tahun 2016 (66,73%).
2.4. Analisis
Distribusi Pendapatan dan Kemiskinan
Keberhasilan pembangunan suatu daerah bisa dilihat laju pertumbuhan
ekonominya. Dua periode pemerintahan Bupati Suyoto, Bojonegoro berhasil
menurunkan angka kemiskinan, bahkan Bojonegoro keluar dari peringkat sepuluh
kabupaten termiskin di Jawa Timur. Hal ini dibuktikan pada data dari Badan
Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur, angka kemiskinan
Bojonegoro terus turun setiap tahun. Pada tahun 2015 lalu jumlah penduduk
Bojonegoro sebanyak 1.249.578 jiwa, jumlah warga miskin tahun 2015 sebanyak
193.990 jiwa (15,71%) dan pada tahun 2016 ini turun menjadi 180.990 jiwa (14,60%).
Bojonegoro sekarang ini berada diurutan sebelas, di atas Gresik yang berada di
urutan dua belas.
Dengan penurunan tersebut menjadikan Bojonegoro melesat melebihi sepuluh kabupaten lain seperti Tuban, Lamongan, Sampang, Bangkalan, Probolinggo, Sumenep Pamekasan, Pacitan, Ngawi, dan Bondowoso. Kesepuluh kabupaten tersebut masih terlihat di zona merah kabupaten termiskin.. Hal tersebut tertera pada trafik di bawah ini:
Dengan penurunan tersebut menjadikan Bojonegoro melesat melebihi sepuluh kabupaten lain seperti Tuban, Lamongan, Sampang, Bangkalan, Probolinggo, Sumenep Pamekasan, Pacitan, Ngawi, dan Bondowoso. Kesepuluh kabupaten tersebut masih terlihat di zona merah kabupaten termiskin.. Hal tersebut tertera pada trafik di bawah ini:
Gambar 2.4
Sumber: Damar Kita Jujur dan Jernih
Dari hasil sensus ekonomi (SE)
2016, hampir 50% dari jumlah pelaku usaha ekonomi merupakan usaha/perusahaan
bergerak di bidang perdagangan besar dan eceran, yaitu mencapai 59.165 usaha/
perusahaan. Selain itu, potensi sumber daya alam (SDA) di Bojonegoro yang cukup
menjanjikan telah menjadi magnet bagi para investor maupun warga luar daerah
untuk migran ke Bojonegoro. Mereka datang untuk mencari pekerjaan maupun
berwira usaha mengadu nasib mengais rezeki di Bojonegoro. Selain
sektor perdagangan, lapangan usaha lain yang mendominasi dari sisi jumlah usaha
adalah industri pengolahan (kerajinan kayu Di Jawa Timur, seperrti Meubelair,
relief dan ukiran lainnya), 19.55 %, penyedia akomodasi (homestay,
penginapan, resto) 16.98%, jasa lainnya 4.64% dan pendidikan 2.76%. Bojonegoro
memiliki banyak keberadaan para pelaku usaha yang sangat
bermanfaat karena dapat menciptakan lapangan pekerjaan, memerangi penangguran,
menjaga pemerataan pendapatan dan mengentaskan kemiskinan.
2.5. Analisis
Penerimaan dan pengeluaran pemerintah daerah (APBD)
Lumbung Energi adalah salah
satu slogan yang disematkan untuk Bojonegoro karena telah mengucur minyak yang
ditargetkan yakni menyumbang 20% dari total produksi minyak nasional yakni 1 jt
barel per hari artinya Bojonegoro diwajibkan memproduksi 200 ribu barel per
hari. Keberadaan lapangan minyak di Bojonegoro secara langsung memberikan
peningkatan APBD dari pos Dana Bagi Hasil Migas. Dari tahun 2008 – 2017
rata-rata laju peningkatan jumlah DBH Migas 58% per tahun, dengan rata-rata
jumlah dana yang di dapat selama 10 tahun adalah 436 milyar lebih.
Gambar 2.5a
Grafik Dana Bagi Hasil Migas Bojonegoro 2008- 2016
Sumber: Damar Kita Jujur dan Jernih
Peningkatan DBH Migas secara langsung meningkatkan jumlah APBD
Bojonegoro, dalam kurun waktu kepemimpinan Bupati Suyoto rata-rata Laju
Pertumbuhan APBD adalah 15% per tahun. Dengan jumlah APBD tertinggi di dapat
pada tahun 2016 dengan total APBD 3.3 triliun lebih.
Gambar 2.5b
Sumber: Damar Kita Jujur dan Jernih
Sementara untuk Prosentase Kemiskinan dalam 10 tahun selalu turun
dengan rata-rata laju penurunan prosentase penduduk miskin 5% pertahun. Menurut
Koordinator Forum Taman Bacaan Masyarakat (FTBM) Bojonegoro, ironi
senantiasa melekat dengan Bojonegoro seiring dengan meningkatnya intensitas
industrialisasi minyak dan gas bumi (migas) di Kota Angking Dharma. Sebagai daerah lumbung migas, Bojonegoro telah menyumbang produksi
siap jual (lifting) minyak bumi nasional secara signifikan. Selama lima tahun
terakhir, produksi siap jual minyak bumi Bojonegoro mengalami peningkatan
rata-rata 9 juta barel per tahun, dari sekitar 21 juta barel pada 2013 mencapai
sekitar 57 juta barel pada 2017 (Triwulan III). Capaian ini
seolah tidak sebanding dengan tingkat penurunan kemiskinan yang terbilang
lamban, rata-rata hanya 0,4% per tahun dalam lima tahun terakhir, dari 15,96%
pada 2013 menjadi 14,34% pada 2017.
Mentransformasikan
berkah migas untuk pemerataan kesejahteraan rakyat senantiasa menjadi tantangan
berat bagi Bojonegoro. Untuk itu pemerintah menggagas untuk mencari tahu
pemikiran masyarakat Bojonegoro agar berkah Migas ini dapat menjadi sarana
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sehingga prosentase kemiskinan
dapat turun secara signifikan. (Damar Kita Jujur dan Jernih: 2018)
Pada bulan Maret 2016, Kebijakan Umum Anggaran Prioritas Plafon
Anggaran Sementara (KUA PPAS) Perubahan Anggaran pendapatan Belanja Daerah
(APBD) akhirnya disahkan dan ditetapkan oleh Dewan. Dijelaskan KAU PPAS
perubahan APBD tahun 2016 yakni terdapat penurunan pendapatan Rp449.288.352.277.35
dari Rp3.799.271.483.915.59. Sedangkan
belanja daerah mencapai Rp3.646.185.769.798.94 sehingga desifit mencapai Rp296.201.278.160.70.
Badan Anggaran dalam kesempatan ini menyampaikan beberapa catatan yakni
rasionalisasi dibeberapa pos antara lain belanja sekretariat DPRD sebesar Rp1.500.000.000,
00, Dinas Pendidikan Rp255.624.000,00, belanja hibah BPKKD sebesar Rp150.000.000,00,
penyertaan modal di BPR senilai Rp5.000.000.000,00 dan rasionalisasi
penyerataan saham Bank UMKM senilai Rp4.000.000.000,00. Dari rasionalisasi
tersebut akan ditambahkan di beberapa pos antara lain Bagian Umum sebesar Rp1.000.000.000,
Dinas Budpar senilai Rp100.000.000,00, Dinas Pendidikan Pendidikan Rp50.000.000,00
dan Dinas Pekerjaan Umum sebesar Rp9.755.604.000,00 untuk digunakan pembangunan
infrastruktur prioritas. (beritaBojonegoro.com: 2016)
Formulasi APBD perubahan tahun 2016 disepakati bahwa target
pendapatan sebesar Rp3.349.984.491.638.24 atau mengalami penurunan 11,83%
dibandingkan target pada APBD induk sebesar Rp3.799.272.843.915.59. Sedangkan
total estimasi belanja sebesar Rp3.646.185.769.798.94 atau menurun 5,66%
dibandingkan APBD Induk yaitu Rp3.864.897.201.652.40. Maka defisit pada APBD
Perubahan tahun 2016 ini mencapai Rp296.201.278.160.70. (Situs Resmi Pemkab
Bojonegoro)
2.6. Pembangunan Ekonomi Daerah Bojonegoro
Dulu sebelum ada sumber daya alam
berupa migas, Bojonegoro masih sangat bergantung dengan industri di sektor
pertaniannya untuk menopang biaya hidup warga Bojonegoro. Dapat diketahui migas
yang dimiliki Bojonegoro mengandung cadangan Migas sebesar 7,7 triliun kaki
kubik minyak bumi atau setara 650 juta barel dan menjadi Salahsatu jumlah
kontibutor pertama untuk lifting Indonesia. Hal inilah yang menjadikan
Bojonegoro menjadi sorotan public sebagai kota penghasil minyak yang akan
menopang kebutuhan minyak nasional dan sumber minyak bumi se Asia Tenggara.
Dampak adanya migas secara langsung adalah warga mendapatkan peluang bekerja
dan pendapatan mereka tercukupi atas adanya lapangan kerja tersebut.
Pembangunan ekonomi daerah Bojonegoro semakin naik peringkatnya.
Ditambah dengan adanya perusahaan minyak dan gas bumi skala Internasional,
Exxon dan disusul dengan Petrochina yang memercikkan aoi- api ekonomi bagi
warga Bojonegoro. Selain menumbuhkan lapangan kerja, adanya perusahaan migas
juga memberi dampak kepada berdirinya, munculnya hotel- hotel mewah seperti
Aston, Dewarna Hotel, dll, rumah makan yang berkelas dan upah minimum regional
yang hanya Rp1,4 juta per bulan yang dapat mengundang daya tarik investor lain
untuk menanamkan modal di Bojonegoro.
Sebagai daerah penghasil migas, Pemerintah Kabupaten Bojonegoro, tidak
sepenuhnya mengandalkan energi tak terbaharukan untuk menumbuhkan ekonominya.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Bojonegoro tahun 2016, Bojonegoro
menjadi peringkat tertinggi pertumbuhan ekomoni di Jawa Timur. Perbaikan
ekonomi Bojonegoro ini dikarenakan 15% Kebutuhan Pangan Nasional berasal dari
Bojonegoro dan 20% Kebutuhan Energi Nasional
(Migas) dari Bojonegoro.
Menurut BPS tahun 2000, Bojonegoro termasuk kabupaten termiskin di
Jatim, namun tahun 2006 Bojonegoro menjadi urutan ketiga termiskin di Jawa
Timur. Hal tersebut dikarenakan oleh strategi dan arah kebijakan yang tepat dan
didukung oleh penerapan keterbukaan mulai level organisasi perangkat daerah
(OPD) hingga pemerintah desa. Pada tahun 2016, Bojonegoro berhasil keluar dari 10
kota termiskin di Jawa Timur.
Bupati Bojonegoro telah melakukan beberapa strategi upaya
pembagunan ekonomi kabupaten Bojonegoro diantaranya sebagai berikut:
a)
Sektor
Pertanian
Di antaranya melalui program seribu embung, infrastruktur
pertanian seperti jaringan irigasi usaha tani (Jitut) dan jaringan irigasi
perdesaan (Jides), serta penerapan teknologi pertanian dengan menggandeng
universitas ternama di Indonesia untuk meningkatkan produksi pertanian. Melalui
program tersebut, produksi padi Bojonegoro pada tahun lalu mencapai hampir satu
juta ton. Atas produksi yang besar, hasil
produksi tersebut diserap oleh kabupaten lain.
b)
Sektor Pertambangan
Potensi migas di wilayah Kabupaten Bojonegoro cukup besar.
Perkiraan cadangan minyak di Kabupaten Bojonegoro mencapai 600 juta – 1,4
milyar barel dan cadangan gas sekitar 1,7 – 2 triliun kaki kubik. Angka
tersebut merupakan jumlah perkiraan terbesar di Indonesia yang berada di blok
cepu yang dieksploitasi oleh Exxon Mobil. Dengan potensi migas yang cukup besar
tersebut maka diperkirakan mampu menyumbang 20 % produksi nasional. Kawasan
Blok Cepu dan Blok Sukowati secara administratif berada di Kecamatan Ngasem,
Kecamatan Kedewan dan Kecamatan Gayam. Selain tambang minyak yang dikelola
secara mekanis oleh perusahaan besar juga terdapat penambangan tradisional yang
dikelola oleh masyarakat dengan peralatan sederhana untuk pengambilan minyak di
sumur-sumur minyak yang ada.
c)
Sektor Industri
Dalam sektor industri, pemerintah bekerja
sama dengan sejumlah perbankan untuk memberikan
akses permodalan kepada para pengusaha maupun masyarakat yang
bersungguh-sungguh ingin membuka usaha. Selain itu, Pemkab juga membuat
kebijakan UPP (upah pedesaan) bagi investor yang mau membuka usaha padat karya
di pedesaan dan menyiapkan tenaga terampil sesuai kebutuhan perusahaan, dan
memberi kemudahan perizinan dan pembangunan infrastruktur.(Kumparan: 2017)
2.7 Perkembangan
Sektor Pertanian serta Ekonomi Kelautan
dan Pengembangan Wisata Bojonegoro
Sektor pertanian masih menjadi tumpuan perekonomian masyarakat di
Kabupaten Bojonegoro. Pada sektor produksi pertanian di Bojonegoro tidak
hanya padi yang menjadi produksi utama tetapi
juga jagung, bawang merah, kacang tanah, dan tembakau. Di Bojonegoro sektor
pertanian lebih besar menyediakan banyak tenaga kerja dibandingkan dengan sektor
pertambangan. Namun, kondisinya saat ini lahan pertanian di Bojonegoro terus
mengalami penyusutan. Dari sepanjang tahun 2017, ada sekitar 77 ribu hektar
mengalami penyusutan sebesar 600 hektar lebih untuk Lapangan Banyuurip, Blok
Cepu, serta 25.317 meter persegi untuk pengembangan perumahan. Hal
tersebut disebebkan oleh industri migas dan perumahan yang terus
berkembang.
Selain dibidang lahan pertanian, tampungan tenaga kerja disektor
pertanian dari kebutuhan buruh tani juga mengalami penurunan. Oleh karena itu, untuk
menangani masalah tersebut pemerintah mengupayakan cara lain yaitu salah
satunya memanfaatkan bantuan alat pertanian dari pemerintah pusat. Dengan
bantuan alat mesin pertanian (Alsintan) tersebut, maka petani tidak lagi
membutuhkan tenaga kerja dengan jumlah yang banyak. Alsintan yang diberikan
kepada petani di Bojonegoro diantaranya adalah hand traktor, transplanter, excavator, dan traktor. Jumlah
kelompok tani di 28 Kecamatan saat ini total mencapai 1.526 tenaga kerja.
Sementara jumlah petani di masing-masing desa berbeda-beda tergantung luas
lahan pertanian. Meski terjadi pengurangan lahan dan tenaga kerja disektor
pertanian, namun menurutnya perkembangan produksi pertanian tanaman padi jumlahnya
terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2013 mencapai 802.528,20 ton, tahun
2014 sebesar 847.847 ton, tahun 2015 sebesar 907.837 ton, 2016 dan 2017 sebesar
1.050.072 ton. Jumlah tersebut, hampir merata dihasilkan seluruh Kecamatan di
Bojonegoro. Hanya saja, paling banyak di Kecamatan Kanor. (beritajatim.com:
2018)
Walaupun Bojonegoro tidak memiliki potensi
dalam kelautan, namun Bojonegoro menjadi wilayah administratif hilir Sungai
Bengawan Solo.
Gambar 2.7a
Aliran Sungai Bengawan Solo
Sumber: Google Maps Sungai Bengawan Solo
Adanya sungai ini menjadikan fungsinya
sebagai jalur transportasi dan tempat rekreasi bagi
pengunjung yang menggunkan perahu-perahu untuk menyusuri sungai. Kabupaten
Bojonegoro sebenarnya juga mempunyai banyak potensi di sektor kehutanan seperti
di daerah kecamatan Bubulan karena banyaknya tanaman jati. Hutan jati tersebut
dalam pemanfaatanya belum optimal oleh Pemerintah.
Sedangkan pada sektor pariwisata menyumbang Pendapatan Asli Daerah
(PAD) Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, dengan jumlah kenaikan yang cukup
besar. Pada 2015 masih sekitar Rp 378 juta. Sedangkan pada 2016 mencapai Rp
1.532 miliar atau melonjak 305%. Menurut
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Bojonegoro,
saat ini terus mengembangkan potensi wisata yang ada di daerah itu. Tak
terkecuali wisata- wisata alam dan agroindustri di desa-desa di 28 kecamatan di
Bojonegoro. Sejumlah obyek wisata yang menghasilkan pemasukan antara lain:
a)
Dander
Water Park Rp 815 juta lebih
Sumber: youtube.com
b)
Kayangan Api atau Api Abadi Rp 428 juta lebih
Sumber: wisatabojonegoro.com
c)
Waduk
Pacal Rp 97 juta lebih
Sumber: wisatabojonegoro.com
d)
Pesanggaran
Tirtawana Dander Rp 105 juta lebih
Sumber: eastjava.com
e)
Gedung
Serba Guna dengan jumlah kontribusi Rp 87 juta.
Ada pula sejumlah obyek wisata yang mulai diminati pengunjung. Di
antaranya adalah:
a)
Wisata
alam Tebbing Grogoland di Desa Ngunut, Kecamatan Dander dan pada
2016 lalu didatangi 2.200 pengunjung.
Sumber: tempatplesir.blogspot.com
b)
Wisata Kedungmaor di Kecamatan Temayang didatangi wisatawan
sebanyak 1.286 orang
Gambar 2.7g
Sumber: teluklove.com
c)
Watu
Gandul didatangi 470 pengunjung.
Sumber: embunkgs.blogspot.com
d)
Negeri Atas Angin di Kampung Deling, Kecamatan Sekar, yang sudah dikunjungi 82.443 orang sejak April 2016.
Negeri Atas Angin di Kampung Deling, Kecamatan Sekar, yang sudah dikunjungi 82.443 orang sejak April 2016.
Gambar 2.7i
Sumber: wisatabojonegoro.com
e)
Agro
Belimbing di Desa Ngringinrejo didatangi 129.600 orang.
Sumber: www.tipswisata.co
f)
Wisata
edukasi Gerabah di Desa Rendeng, Kecamatan Malo, didatangi 13.342 orang
Sumber:
sloops.com
g)
“Go
Fun Bojonegoro Theme Park” sebagai wisata yang sangat diminati oleh warga lokal
maupun luar lokal. (Tempo.co: 2017)
Sumber: trivindo.com
Pemerintah Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, akan melakukan
peningkatan kinerja pada awal 2016 ini. Salah satunya adalah membangkitkan
potensi wisata. Hal positif ini antara lain tercatat sejak 1 Januari 2016
sektor pariwisata telah memberikan kontribusi pemasukan hampir Rp187 juta
selama 3 hari. Mulai dari Dander park, wisata Belimbing Ngringinrejo, serta
beberapa kawasan lain di Bojonegoro.
2.8.
Permasalahan Utama Kondisi Ekonomi Daerah Bojonegoro dan Solusinya
Permasalahan:
- · Tingkat penurunan kemiskinan yang terbilang lamban pada penduduk daerah migas
- · Air keruh dan timbunan sampah pada sungai Bengawan Solo yang dapat menganggu kelestarian sungai
- · Masih terdapat beberapa jalan raya yang rusak dan susah untuk dilewati pengguna jalan
- · Pencemaran air pada Sungai Bengawan Solo yang mengakibatkan banjir
- · Pengurangan lahan pertanian dan tampungan kerja sektor pertanian karena lahan yang dipakai untuk membangun permukiman
Solusi:
- · Mentransformasikan berkah migas untuk pemerataan kesejahteraan rakyat
- · Masyarakat perlu memelihara sungai sebaik mungkin dengan membuang sampah pada tempatnya dan menggunakan air sungai semaksimal mungkin
- · Melakukan pemerataan jalan raya agar pengguna jalan dapat menempuh perjalanan dengan selamat
- · Menciptakan percepatan pembangunan yang peduli lingkungan
- · Mengalokasikan kembali lahan untuk pertanian dan memanfaatkan mesin pertanian yang telah diberikan oleh pemerintah
BAB III
PENUTUP
3.1.Kesimpulan
Bojonegoro selain memiliki potensi migas yang berdampak besar terhadap
perekonomian juga terhadap sektor-
sektor lainnya yang dapat menunjang kemajuan ekonomi baik dalam Kota
Bojonegoro maupun nasional hingga internasional. Berdasarkan data dari Badan
Pusat Statistika (BPS) Kabupaten Bojonegoro tahun 2015 memiliki beberapa
fenomena ekonomi maupun kebijakan pemerintah dalam bidang ekonomi yang dapat berpengaruh
terhadap perkembangan ekonomi di Bojonegoro, diantaranya adalah:
1. Rendahya pencapaian
realisasi lifting minyak bumi di sumur- sumur minyak di
Kabupaten Bojonegoro tahun 2014 yaitu sebesar 89,78%.
2. Meningkatnya produksi
komoditas tanaman pangan seperti padi, jagung dan kedalai, melonjaknya hasil
panen komoditas perkebunan seperti tembakau virginia maupun jawa, meningkatnya
populasi ternak besar, kecil maupun unggas dan melimpahnya hasil budi daya
perikanan.
3. Pembangunan infrastruktur
yang terus berkesinambungan mampu menjaga sektor kontruksi untuk tetap tumbuh
signifikan di Kabupaten Bojonegoro.
Kebijakan- kebijakan dan fenomena di atas memberi harapan kepada kemajuan ekonomi
Bojonegoro baik dalam penurunan angka kemiskinan, penurunan ketimpangan
masyarakat dan lainnya. Kemudian perkembangan
ekonomi suatu wilayah harus di lihat dari sektor- sektor yang menjadi unggulan
wilayah tersebut. Sektor unggulan tersebut harus bisa dikembangkan semaksimal
mungkin agar dapat menjadi pemicu pembangunan perekonomian wilayah tersebut. Sektor- sektor
unggulan tersebut dapat diketahui salah satunya dengan menggunakan data PDRB. Seperti Kota Bojonegoro memiliki potensi
sumber daya alam yang melimpah, wisata yang sering dikunjungi wisatawan, bidang
usaha yang menarik minat investor, dan bidang lainnya. Potensi ekonomi Bojonegoro
perlu digali dan dimanfaatkan secara efisien dan efektif untuk menunjang
pembangunan maupun pertumbuhan ekonomi Bojonegoro.
3.2.Saran
Dapat diketahui bahwa kondisi pertumbuhan
ekonomi di Kota Bojonegoro terus meningkat. Oleh karena itu, sebagai sumber
daya manusia yang baik dianjurkan agar dapat mempertahankan keunggulan ekonomi Bojonegoro
tersebut agar dapat membantu kemajuan perekonomian Indonesia dan dunia.
DAFTAR PUSTKA
(beritaBojonegoro.com, 2016, https://beritabojonegoro.com/read/7075-kua-ppas-perubahan-apbd-2016-akhirnya-disetujui-dewan.html, 22 Maret 2018)
(beritajatim.com: 2018)
(Bhiwaraonline, 2016, http://harianbhirawa.com/2016/07/pertumbuhan-perekonomian-bojonegoro-capai-1987/, 19 Maret 2018).
(Damar Kita Jujur dan Jernih, 2018, http://damarkita.com/2018/03/13/lumbung-migas-dan-kemiskinan-di-bojonegoro/, 22 Maret 2018)
Kompas.com
(Kumparan, 2017 https://kumparan.com/suarabanyuurip/sebut-pertumbuhan-ekonomi-bojonegoro-tertinggi-kedua-di-jatim)
(Media Center Bojonegoro, 2014, https://www.kanalbojonegoro.com/world-bank-pdrb-bojonegoro-terbaik-se-jawa-timur/, 20 Maret 2018).
(Tempo.co: 2017. Sektor Pariwisata Sumbang PAD Bojonegoro Hingga
305 Persen)
Komentar
Posting Komentar